JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan ekspor ke India sebesar 123,8 juta dolar AS. Penurunan ekspor ini dilatarbelakangi kondisi negara tersebut yang sedang mengalami penyebaran COVID-19 jenis baru. Akibatnya, permintaan barang seperti minyak nabati, lemak, biji tara, abu logam dan bahan kimia unorganik mengalami penurunan.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengaku prihatin dengan keadaan yang terjadi di India. Ia berharap mutasi virus COVID-19 tersebut dapat segera ditangani dan tidak menyebar ke negara lain, termasuk Indonesia.
"Ekspor ke India pada bulan April tahun 2021 mengalami penurunan 123,8 juta dolar AS. Kita tahu apa yang terjadi pada India saat ini tentunya semua prihatin dan mudah-mudahan tidak terjadi di negara lain," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis, 20 Mei.
Selain India, BPS juga mencatat ada beberapa negara lain yang mengalami penurunan ekspor. Seperti, penjualan barang ke Italia pada bulan April 2021 menurun 68,3 juta dolar AS. Termasuk pula ekspor ke Bangladesh, Jepang dan Belanda yang anjlok 51 juta dolar AS.
BACA JUGA:
Sementara itu, ekspor ke China pada periode Maret hingga April 2021 justru meningkat menyentuh angka 201,2 juta dolar AS. Adapun ekspor unggulan ke negara ini adalah besi baja, bahan bakar mineral dan minyak nabati.
Sedangkan untuk negara di Asia Tenggara (ASEAN), Korea Selatan dan Taiwan, BPS mencatat pertumbuhan ekspor yang positif. Adapun komoditas utamanya yaitu perangkat optik, fotografi, sinematografi dan medis.
Kemudian, ekspor ke Swiss pada tahun 2021 meningkat 196,6 juta dolar AS. Komoditas ekspor utamanya adalah logam mulia, perhiasan dan permata.
Untuk ke depannya, Suhariyanto berharap ekspor tetap akan terjaga dan bahkan tetap tumbuh meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi di Indonesia maupun dunia.