Bagikan:

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi bahwa ekspor Indonesia terus mengalami penurunan sejak lima bulan terakhir. Hal itu disampaikan oleh Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Habibullah ketika menggelar konferensi pers pada hari ini.

Menurut dia, indikasi tersebut mulai terjadi pada September 2022 dengan catatan nilai ekspor yang menurun menjadi 24,77 miliar dolar AS.

Tren ini kemudian berlanjut di Oktober 2022 menjadi 24,72 miliar dolar AS. Lalu pada November 2022 sebesar 24,09 miliar dolar AS, Desember 2022 sebesar 23,82 miliar dolar AS, serta Januari 2023 menjadi 22,31 miliar dolar AS.

“Penurunan ekspor sudah terjadi dalam lima bulan terakhir ini, baik dari sisi nilai maupun volume,” kata Habibullah, Rabu, 15 Februari.

Habibullah menjelaskan, penurunan terbesar ekspor nonmigas Januari 2023 terhadap Desember 2022 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral. Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada logam mulia dan perhiasan/permata.

“Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari 2023 turun 0,44 persen dibanding Januari 2022. Demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 3,49 persen,” tutur dia.

Dalam penelusuran redaksi, penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi ke China dengan minus 533 juta dolar.

Disusul kemudian ekspor ke India minus 305,7 juta dolar, Pakistan minus 251,7 juta dolar, Vietnam minus 219,8 juta dolar, dan Jepang dengan minus 187,2 juta dolar.