Bagikan:

JAKARTA - Harga emas berjangka berakhir merosot pada akhir perdagangan Jumat, 11 Agustus atau Sabtu pagi, 12 Agustus waktu Indonesia Barat (WIB). Penurunan ini menjadi kejatuhan lima hari berturut-turut.

Bila dianalisis, kejatuhan ini setelah kenaikan indeks harga produsen (IHP) AS sedikit lebih tinggi dari perkiraan di tengah dolar AS yang lebih kuat dan meningkatkan imbal hasil obligasi pemerintah.

Mengutip Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange terpangkas 2,30 dolar AS atau 0,12 persen menjadi ditutup pada 1.946,60 dolar AS per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di 1.953,60 dolar AS dan terendah di 1.942,70 dolar AS.

Emas berjangka tergerus 1,70 dolar AS atau 0,09 persen menjadi 1.948,90 dolar AS pada Kamis (10/8), setelah terpangkas 9,30 dolar atau 0,47 persen menjadi 1.950,60 dolar AS pada Rabu (9/8), dan jatuh 10,10 dolar AS atau 0,51 persen menjadi 1.959,90 dolar AS pada Selasa (8/8).

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat (11/8) bahwa IHP AS, ukuran inflasi sebelum mencapai konsumen, naik 0,3 persen pada Juli bulan ke bulan dan 0,8 persen tahun ke tahun, menyusul kenaikan tahun ke tahun 0,2 persen pada Juni, kenaikan tahunan terendah sejak Agustus 2020.

Para analis pasar berpendapat bahwa kenaikan harga grosir AS pada Juli masih mencerminkan tren penurunan inflasi secara keseluruhan.

Harga lemas telah jatuh minggu ini meskipun laporan inflasi AS Kamis (10/8) lebih dingin dari perkiraan, karena kekhawatiran tentang potensi percepatan kembali tekanan inflasi, bersama dengan kekhawatiran bahwa imbal hasil obligasi dan dolar AS mungkin terus naik, telah meredupkan permintaan untuk logam mulia.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,3 persen menjadi 102,85. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 6 basis poin menjadi 4,162 peren dari 4,141 persen pada Kamis (10/8/2023) sore ketika Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan Fed memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjinakkan inflasi meskipun data terbaru menunjukkan harga-harga konsumen naik hanya 0,2 persen pada Juli.

Pembacaan awal indeks sentimen konsumen Universitas Michigan turun tipis menjadi 71,2 dalam dua minggu pertama Agustus setelah mencapai tertinggi 22 bulan di 71,6 di bulan sebelumnya. Para ekonom memperkirakan indeks akan berada di 71,3.

"Emas melanjutkan penurunannya yang lambat menuju 1.900 dolar AS per ounce karena masih ada keraguan apakah Federal Reserve masih memiliki satu kenaikan suku bunga lagi dalam siklus saat ini, bahkan setelah data inflasi AS yang menggembirakan kemarin," kata Rupert Rowling, seorang analis pasar di Kinesis Money, dalam komentar email.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 7,80 sen atau 0,34 persen, menjadi ditutup pada 22,743 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober tergelincir 0,20 dolar atau 0,02 persen, menjadi menetap pada 914,60 dolar dolar AS per ounce.