Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) diketahui telah menyusun rencana strategis untuk mempertahankan kinerja ekspor Indonesia pada tahun depan.

Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Pajak Yon Arsal mengungkapkan langkah ini ditempuh sebagai upaya mitigasi di tengah proyeksi ekonomi global yang bakal tertekan lebih dalam dibanding periode 2022.

“Tentu ini akan terus kita cermati (resesi global) dari waktu ke waktu kira-kira dampak pertamanya akan ada di area yang mana,” ujar dia ketika menjawab pertanyaan awak media dalam konferensi pers realisasi APBN 2022 pada pekan ini.

Menurut Yon, situasi perekonomian dunia yang tidak lebih baik di tahun depan menuntut pemerintah meningkatkan kewaspadaan seiring sikap optimistis yang tetap dijaga.

“Dengan potensi resesi global, ini bisa menyebabkan ekspor kita tertunda. Tentu pemerintah akan mencermati apa dampaknya terhadap sektor-sektor yang penting, seperti industri pengolahan maupun dari sektor-sektor di area perdagangan,” tutur Yon.

Anak buah Sri Mulyani itu pun memastikan jika pemerintah siap mengambil kebijakan responsif sekaligus adaptif dalam mengimbangi situasi yang terjadi di masa mendatang.

“Tentu kita akan lihat terus perkembangannya seperti apa karena ini masih akan sangat dinamis,” tegas dia.

Sebagai informasi, ramalan soal ekonomi dunia yang makin suram tercermin dari risalah IMF terbaru yang merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2 persen. Angka tersebut malah kembali anjlok jadi 2,5 persen pada 2023 mendatang.

Adapun, faktor utama menurunnya produktivitas itu dipicu oleh outlook tiga besar ekonomi dunia yang bakal amblas, yaitu Amerika Serikat, China, dan Kawasan Eropa.

Sementara itu, raihan ekspor RI pada September 2022 adalah sebesar 24,8 miliar dolar AS. Bukuan itu tumbuh 20,2 persen dibandingkan dengan September 2021 (year on year/yoy).

Meski demikian, dampak perlambatan telah terasa yang dibuktikan dengan penurunan nilai ekspor jika dikomparasikan dengan catatan Agustus 2022 yang sebesar 27,8 miliar dolar AS.

Untuk diketahui, kinerja perdagangan luar negeri Indonesia cukup meyakinkan dalam dua tahun belakangan dan berandil besar bagi daya tahan perekonomian nasional.

VOI mencatat jika neraca perdagangan hingga bulan lalu mengalami surplus 4,99 miliar dolar AS. Torehan itu memperpanjang rekor surplus yang telah terjadi sejak Mei 2020.