Bagikan:

JAKARTA - Ekonomi dunia diramal gelap tahun depan. Hal ini dipicu oleh inflasi yang tinggi, kontraksi ekonomi menuju resesi hingga situasi geopolitik yang masih dalam ketidakpastian.

Meski begitu, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 akan tumbuh positif.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5 persen.

Lebih lanjut, Airlangga mengatakan, optimistis tersebut juga berangkat dari prediksi yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF).

"Optimistis tumbuh di atas 5 persen. IMF juga memperkirakan di atas itu," katanya kepada wartawan saat ditemui di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu, 16 Oktober.

Sekadar informasi, laporan World Economic Outlook (WEO) IMF terbaru memperkirakan perekonomian global pada kisaran 3,2 persen pada 2022, dan melambat hingga 2,7 persen di 2023, atau menurun 0,2 persen dibandingkan outlook pada Juli 2022.

Meski perekonomian dunia melambat dan terancam resesi, IMF memperkirakan Indonesia masih bisa tumbuh pada kisaran lima persen pada 2023 atau sedikit menurun dari 5,3 persen pada 2022.

Proyeksi ini juga sejalan dengan outlook BI yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 berada di sasaran 4,6-5,3 persen

Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 5 Persen hingga 2045

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meyakini Indonesia tidak akan masuk ke dalam jurang resesi. Erick justru percaya diri bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh pada level 5 persen.

Pernyataan Erick tersebut menyusul perkiraan Bank Dunia atau World Bank bahwa akan terjadi resesi ekonomi global pada 2023.

"Kita tidak terkena resesi. Jadi kalau Bapak Ibu yang hadir hari ini lesu, berarti salah mengambil posisi karena Indonesia tidak resesi," katanya dalam acara ‘Investor Daily Summit 2022’ dikutip Rabu, 12 Oktober.

Erick juga mengaku optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan konsisten tumbuh pada level 5 persen hingga 2045 mendatang.

Perkiraan konsistensi pertumbuhan ekonomi inilah yang membawa peluang Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 di dunia.

"Kita akan terus tumbuh 5 persen sampai 2045, dan akan memposisikan kita menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Kalau bukan ranking 5, ranking 4," ucapnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter A. Redjalam mengungkapkan, kondisi Indonesia masih cukup baik dan diyakini mampu bertahan menghadapi resesi global.

Pasalnya, Indonesia berbeda dengan negara-negara yang terlalu bertumpu kepada ekspor.

"Perekonomian Indonesia lebih bertumpu kepada konsumsi domestik yang diperkirakan akan membaik seiring meredanya pandemi. Selain itu di sisi ekspor juga masih akan terbantu dengan tingginya harga komoditas," katanya, Selasa, 11 Oktober.

Meski begitu, Piter mengakui resesi global tentu akan menahan atau bahkan menurunkan harga komoditas.

Namun, kata dia, hal tersebut tidak membuat harga komoditas jatuh.

Harga komoditas akan tetap cukup tinggi dan menguntungkan Indonesia yang mengandalkan komoditas.

Dengan kondisi ini, kata Piter, ketika terdampak resesi global pun, Indonesia diperkirakan masih bisa bertahan meski pertumbuhan ekonomi akan melambat.

"Kalaupun Indonesia terdampak oleh resesi global, diperkirakan hanya membuat pertumbuhan ekonomi kita melambat tidak bisa mencapai target di atas 5 persen. Itu skenario buruknya. Skenario terbaiknya kita masih bisa tumbuh di atas 5 persen," tuturnya.