JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan laju impor daging ayam semakin tidak terelakkan di masa yang akan datang.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Syailendra mengatakan masuknya komoditas pangan dari luar negeri lantaran harga produksi jauh lebih rendah dibandingkan dengan ongkos yang dikeluarkan oleh pelaku usaha lokal untuk menghasilkan produk yang sama.
“Peternak disini harus kerja ekstra keras untuk mengejar efisiensi agar harga jual bisa kompetitif. Itu tantangannya,” ujar dia dalam sebuah webinar, Rabu, 21 April.
Syailendra menambahkan, salah satu negara yang diperkirakan menjadi wilayah asal impor daging ayam adalah Brasil. Menurut dia, negara di kawasan Amerika Selatan itu cukup baik dalam pengelolaan berbagai jenis komoditas pangan, khususnya peternakan.
“(Impor daging ayam asal Brazil) Masih terhalang aturan WTO (World Trade Organization/Organisasi Perdagangan Dunia) soal keputusan Dispute Settlement Body,” tuturnya.
Sebagai informasi, Indonesia kalah menghadapi gugatan Brasil atas kebijakan importasi daging ayam. Brasil sebagai negara pengimpor daging terbesar di dunia, mengajukan gugatan resmi melalui WTO pada 2014 lantaran menilai Indonesia menutup akses sejak 2009. Kini pemerintah tengah mengajukan banding dan masih dalam proses peradilan.
“Ini cuma mengulur waktu. Brasil di depan mata, kalau melihat harga saat ini kita kalah,” tegasnya.
BACA JUGA:
Untuk itu, Syailendra berharap pasokan jagung sebagai bahan utama pakan ayam dapat terus terjaga. Dia juga mengatakan bakal membangun komunikasi dengan pihak terkait demi ketersediaan pakan guna menekan harga jual ayam di pasaran semakin terjangkau.
Lebih lanjut, Syailendra tidak menutup kemungkinan untuk melakukan pengadaan jagung impor apabila pasokan di dalam negeri dinilai tidak mencukupi.
“Kita hitung dulu produksi dan kebutuhannya, baru bisa diimpor berapa dan impor ini tidak saat masa panen,” jelas dia.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Pertanian (Kementan), produksi daging ayam nasional berjumlah sekitar 3 juta ton pertahun. Adapun, tingkat konsumsi di dalam negeri sebesar 2,2 juta ton. Selisih tersebut coba dikejar oleh Kementan lewat kampanye Gemar Makan Ayam (Gemaya) yang diluncurkan tahun lalu.