Soal Kesiapan Program Susu Gratis Prabowo-Gibran, Pengusaha: Indonesia Akan Terjerat Impor
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pengusaha susu buka-bukaan soal kesiapan menyokong kebutuhan susu dalam program makan siang dan susu gratis yang dicanangkan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk 82,9 juta anak di seluruh Indonesia.

Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana mewanti-wanti Indonesia akan terjerat impor untuk memenuhi kebutuhan program makan siang dan susu gratis tersebut. Bahkan, keran impor kemungkinan akan terbuka lebih lebar.

Saat ini, sambung Teguh, produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi 20 persen dari kebutuhan di dalam negeri. Sedangkan pasokan tersebut sudah terserap oleh industri pengolah susu.

Sementara, lanjut Teguh, 80 persen kebutuhan susu segar dalam negeri dipenuhi melalui impor. Dengan adanya program makan siang dan susu gratis ini, maka otomatis akan meningkatkan konsumsi susu secara nasional.

"Jadi kalau kita melihat dari kondisi saat ini, jelas program ini akan mendorong impor susu. Enggak ada pilihan lain. Sedangkan yang akan kita beri ini kan mungkin sebagian yang selama ini bukan konsumen susu, mau tidak mau kita harus menambah volume impornya untuk memenuhi itu," katanya saat dihubungi VOI, di Jakarta, Rabu, 28 Februari.

Sementara, kata dia, pemerintah tidak serius untuk meningkatkan produksi susu segar dalam negeri. Hal ini terbukti dari masih sangat rendahnya produksi susu dan populasi sapi perah di Tanah Air.

"Upaya-upaya yang selama ini, saya bisa mengatakan pemerintah tidak serius meningkatkan produksi susu dalam negeri, dalam program-programnya. Jadi untuk meningkatkan salah satunya harus meningkatkan populasi sapi perahnya," ucapnya.

"Populasi kita ini sangat rendah 600.000 itu termasuk yang jantan, padahal yang beranak kan sapi betina. Jadi sapi betina yang diperah itu mungkin sekitar 300.000 untuk memenuhi kebutuhan," sambungnya.

Tak hanya susu, Teguh bilang jika nantinya salah satu menu makan siang gratis berkaitan dengan daging sapi, maka juga akan mendorong impor. Pasalnya, saat ini kebutuhan daging sapi dalam negeri masih dipenuhi oleh impor.

"Ya pasti, itu pasti. Karena tidak mudah meningkatkan produksi dalam negeri ini kan, sulit sekali. Selama ini program swasembada itu kan gagal terus sudah 20 tahun. Jadi ya kalau memang menu makan gratis itu menunya daging, ya konsekuensinya impor daging harus ditambah," katanya.

Menurut Teguh, janji Prabowo-Gibran ini akan meningkatkan konsumsi bahan-bahan pokok yang dibutuhkan. Karena itu, dia menilai akan lebih mudah mendorong produksi daging dan telur ayam.

"Mendorong produksi telur dan daging ayam itu lebih mudah lah dibandingkan dengan daging atau daging kerbau. Sapi ini tidak seperti ayam, butuh waktu untuk beranak dan segala macam," tuturnya.