JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan penyaluran kredit baru akan meningkat pada triwulan II 2021. Nada optimisme itu dilontarkan oleh Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam kerangan hari ini.
Menurut dia, saldo bersih tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 93,3 persen atau meningkat dari 30,4 persen pada triwulan I 2021. Peningkatan tersebut akan didorong oleh kredit konsumsi, diikuti oleh kredit modal kerja, dan kredit investasi
“Standar penyaluran kredit pada triwulan II 2021 diprakirakan tidak seketat periode sebelumnya,” ujarnya, Rabu, 21 April.
Erwin menambahkan, kondisi itu terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) sebesar 2,8 persen, atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan 4,0 persen pada triwulan sebelumnya.
“Aspek kebijakan penyaluran yang diprakirakan tidak seketat triwulan sebelumnya antara lain premi kredit berisiko, agunan, dan persyaratan administrasi,” tuturnya.
Sebagai informasi, proyeksi ini didapat berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh otoritas moneter. Disebutkan bahwa responden tetap optimis terhadap pertumbuhan kredit untuk keseluruhan periode 2021.
“Responden memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2021 sebesar 6,0 persen year-on-year (y-o-y). Optimisme tersebut antara lain didorong oleh kondisi moneter dan ekonomi, serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit,” jelas Erwin.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengapresiasi langkah bank BUMN yang cukup responsif mentransmisikan kebijakan penurunan suku bunga, utamanya untuk sisi kredit.
BACA JUGA:
Dalam catatat Perry, penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) bank plat merah hingga pertengahan April sebesar 266 basis poin (bps) y-o-y menjadi menjadi 8,70 persen.
“Suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuiditas yang masih longgar mendorong suku bunga terus menurun,” kata gubernur BI saat memberikan keterangan pers secara virtual, Selasa, 20 April.
Sebagai informasi,bank sentral mengambil sikap untuk mempertahankan suku suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen. Hal tersebut sekaligus memperpanjang rate interest di level terendah dengan salah satu tujuannya adalah untuk mendorong penyaluran kredit kepada masyarakat.