Adi Sarana Armada, Pemilik Jasa Pengiriman Anteraja Kepunyaan Konglomerat TP Rachmat Ini Raup Pendapatan Rp3,03 Triliun
Ilustrasi. (Foto: Dok. Adi Sarana Armada)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan jasa transportasi PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) mencatatkan pertumbuhan kinerja dari sisi pendapatan di sepanjang tahun 2020. ASSA mencatatkan pendapatan Rp3,03 triliun di tahun 2020.

Dikutip dari laporan ASSA yang dipublikasikan di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin 19 April, raihan pendapatan pemilik jasa kurir Anteraja ini meningkat 30,04 persen dari 2019 yang sebesar Rp2,33 triliun.

Namun demikian, seiring dengan peningkatan pendapatan, beban pokok pendapatan juga melonjak menjadi Rp2,24 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,58 triliun. Selain itu, beban umum dan administrasi juga melonjak menjadi Rp475,17 miliar dari tahun sebelumnya yang hanya Rp401,98 miliar.

Bagian rugi dari entitas asosiasi juga meningkat menjadi Rp3,34 miliar dari posisi tahun sebelumnya yang hanya Rp545,29 miliar. Perusahaan milik konglomerat TP Rachmat ini juga mencatatkan peningkatan beban keuangan menjadi Rp253,55 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp244,11 miliar.

Alhasil, laba tahun berjalan menjadi Rp63,89 miliar di 2020, turun dari tahun sebelumnya yang mendapatkan Rp91,61 miliar. Dengan demikian, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp87,14 miliar turun 21,06 persen dari 2019 yang sebesar Rp110,40 miliar.

Laba per saham dasar atau earning per share pun menjadi Rp25,65 turun dari tahun sebelumnya yang berhasil mencatat laba Rp32,5. Di sisi lain, total liabilitas perseroan tercatat meningkat menjadi Rp3,73 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,51 triliun.

Dengan rincian, peningkatan pada total liabilitas jangka pendek menjadi Rp1,43 triliun naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,24 triliun. Peningkatan terjadi pada pos utang usaha pihak ketiga, pihak berelasi, utang lain-lain pihak ketiga, pihak berelasi, liabilitas sewa, biaya yang masih harus dibayar dan pinjaman bank yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun.

Hal ini didorong terutama dari peningkatan biaya yang masih harus dibayar menjadi Rp232,56 miliar naik dari tahun sebelumnya Rp90,66 miliar dan peningkatan pinjaman bank di bawah satu tahun menjadi Rp734,43 miliar dari tahun sebelumnya Rp706,4 miliar.

Sementara itu, aset lancar mengalami penurunan menjadi Rp627,68 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp652,5 miliar. Penurunan terjadi terutama pada kas dan setara kas, piutang lain-lain, persediaan dan biaya dibayar di muka, dan uang muka lainnya. Posisi kas dan setara kas menurun menjadi Rp191,81 miliar pada 2020, turun dari 2019 sebesar Ro254,55 miliar.