Bagikan:

JAKARTA - Tahun 2020 sebenarnya bukan periode yang bersahabat bagi perusahaan rokok. Namun perusahaan besar seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) masih bisa mencatatkan laba Rp7,64 triliun meski turun 29 persen dibanding tahun sebelumnya.

Selain Gudang Garam, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) juga berhasil mencatatkan laba, meski setali tiga uang dengan Gudang Garam yang mengalami kemerosotan raihan untung. Sampoerna meraih laba bersih Rp8,5 triliun pada 2020 atau merosot 37,5 persen.

Apa yang diraih Gudang Garam dan Sampoerna, tak bisa didapatkan oleh PT Bentoel International Investama Tbk. Perusahaan berkode saham RMBA itu mencatatkan rugi bersih Rp2,67 triliun pada 2020.

Hal ini berkebalikan dari tahun 2019, di mana perusahaan milik British American Tabacco ini mencatatkan laba bersih Rp50,6 miliar.

Dikutip dari laporan keuangan yang dipublikasikan di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Minggu 18 April, perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp13,89 triliun di sepanjang 2020.

Angka penjualan tersebut mengalami penurunan 33,3 persen dibanding dengan tahun 2019 yang mencatatkan penjualan sebesar Rp20,8 triliun. Selanjutnya, beban pokok penjualan sepanjang 2019 tercatat sebesar Rp12,5 triliun. Angka tersebut turun 29,5 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 17,74 triliun.

Tak hanya mencatatkan kerugian, perusahaan juga mencatatkan penurunan aset. Sepanjang 2020 total aset Bentoel Rp12,46 triliun, turun 26 persen dibanding tahun 2019 yang sebesar Rp17 triliun.

Sebagai informasi, tahun ini tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok secara resmi mulai berlaku 1 Februari 2021 sebesar 12,5 persen. Kenaikan ini secara langsung akan mengerek harga rokok di pasaran.

Penetapan ini dilakukan pemerintah dengan mempertimbangkan berbagai hal, mulai dari sisi kesehatan, tingkat merokok masyarakat, terutama ibu-ibu dan anak yang terus meningkat, hingga kondisi keuangan negara.