JAKARTA - Perusahaan ride-hailing terkemuka yang berbasis di Singapura, Grab, dikabarkan telah membeli saham di PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) atau yang dikenal dengan Emtek.
Dikutip dari The Straits Times, Kamis 15 April, Grab yang didukung Softbank menggelontorkan dana 366 juta dolar Singapura atau sekitar Rp 4 triliun dalam aksi pembelian 4 persen saham perusahaan konglomerat Eddy Kusnadi Sariaatmadja ini.
Pada 5 April 2021, Emtek mengumumkan telah menyelesaikan penjualan saham baru melalui private placement senilai Rp9,3 triliun, dengan Naver Corporation, mesin pencari web terbesar di Korea Selatan, dan sebuah perusahaan investasi bernama H Holdings Inc menjadi pembeli saham yang mewakili sekitar 8,4 persen dari perusahaan. Private placement ini memperbesar modal yang disetor oleh Emtek.
Adapun sumber The Straits Times yang tidak mau disebutkan namanya berujar, Grab membeli saham Emtek melalui H Holdings. Hasil dari private placement Emtek akan digunakan untuk mengembangkan bisnis serta membantu mendanai operasional sehari-hari.
Setelah private placement, pemegang saham Emtek utama terdilusi. Misalnya, kepemilikan pendiri Eddy Sariaatmadja turun menjadi 22,96 persen dari 24,9 persen. Pemegang saham utama lainnya adalah konglomerat Anthony Salim, yang merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia, juga ikut turun.
Sementara itu, Direktur Pelaksana Emtek Sutanto Hartoto tidak menjawab pertanyaan tertulis yang dikirim oleh The Straits Times tentang investasi Grab dan kemungkinan merger dari dua perusahaan pembayaran digital tersebut.
Grab juga tidak memberikan tanggapan langsung atas pertanyaan serupa. Peraturan pasar saham Indonesia mensyaratkan kepemilikan lima persen atau lebih di perusahaan terbuka untuk diungkapkan kepada publik.
Dengan demikian, kepemilikan Grab berkisar 4 persen membuat tidak ada mewajibkan investor dalam hal ini Grab maupun Emtek untuk mengumumkan hal tersebut. Pada September 2019, Reuters melaporkan, bahwa Grab sedang dalam pembicaraan untuk menggabungkan OVO, dengan perusahaan e-money DANA yang didukung oleh Emtek dan Ant Financial.
OVO dan saingan beratnya GoPay, dan pemain utama lainnya ShopeePay, dari perusahaan rintisan teknologi yang berbasis di Singapura, Sea Ltd, melakukan dorongan lebih lanjut untuk memanfaatkan industri pembayaran digital di negara terpadat keempat di dunia.
BACA JUGA:
Penetrasi perbankan masih rendah di Indonesia dan perbankan digital diharapkan menjadi pengubah permainan di negara ini. Sekitar 52 persen orang dewasa Indonesia, atau 95 juta, tidak memiliki rekening bank, menurut Bank Dunia.
GoPay merupakan bagian dari Gojek yang pada Desember tahun lalu (2020) menghabiskan 160 juta dolar AS (setara 214 juta dolar Singapura) untuk menaikkan kepemilikannya di Bank Jago menjadi 22,16 persen.
Pelanggan e-wallet Gojek yang menggunakan aplikasi ride-hailing akan memiliki kesempatan untuk membuka rekening di Bank Jago, yang meluncurkan aplikasinya pada Kamis (15 April) dan akan menjadi bank digital penuh pertama di negara itu.
Sementara itu, OVO merupakan layanan pembayaran dalam aplikasi dari situs e-commerce terbesar kedua di Indonesia Tokopedia, yang akan mengumumkan merger dengan Gojek pada awal Mei. Penggabungan tersebut dapat mendorong Tokopedia untuk memutuskan kemitraan strategis dengan OVO.
Sea Ltd juga mengakuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi yang tidak terdaftar di Indonesia (dan menamainya SeaBank) awal tahun ini, mengatakan ini akan memungkinkannya untuk melayani pelanggan di anak perusahaannya Shopee, yang beberapa tahun lalu mengambil alih Tokopedia sebagai situs e-commerce terbesar di Indonesia.
OVO bersiap untuk mengakuisisi bank yang dapat diubah menjadi bank digital. Sementara, Sea mengincar Bank Aladin, berusaha untuk menjadikannya sebagai mitra online untuk anak perusahaannya, Shopee.