Bagikan:

JAKARTA - Manajemen PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) menyebutkan masuknya Grab Holding Inc. (Grab) sebagai salah satu pemegang saham perusahaan dapat melahirkan peluang investasi. Partisipasi Grab di perusahaan ini dinyatakan dalam bentuk investasi melalui perusahaan afiliasinya, H Holding Inc.

Bergabungnya Grab dalam emiten berkode saham EMTK juga sejalan dengan minat bisnis keduanya di bidang ekosistem digital di Indonesia. Aksi korporasi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement EMTK menjadi pintu masuk Grab ke dalam perusahaan milik konglomerat Eddy Kusnadi Sariaatmadja itu.

Sekretaris Perusahaan Elang Mahkota Teknologi (Emtek) Titi Maria Rusli mengatakan bahwa Emtek dan Grab banyak berinvestasi dalam pengembangan ekosistem digital di Indonesia. Bersama Grab, Emtek juga telah beberapa kali berdiskusi untuk mengembangkan peluang bisnis baru.

"Ketika perseroan memutuskan untuk melakukan penerbitan saham guna mendapatkan tambahan modal untuk mengembangkan bisnisnya di sektor digital, media, dan layanan kesehatan, Grab menyatakan minatnya untuk berpartisipasi, yang pada akhirnya direalisasikan melalui investasi oleh H Holdings Inc," ujar Titi dikutip dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu 21 April.

Melalui private placement itu, H Holding Inc. masuk menjadi investor baru EMTK bersama Naver Corporation dan sejumlah investor institusi domestik PT Asuransi Allianz Life Indonesia, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, PT Elbara Perkasa, dan PT Syailendra Capital.

Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Private placement tersebut dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2021. Grab melalui H Holding Inc. resmi menggenggam 4,6 persen saham yang diterbitkan EMTK. Adapun jumlah itu setara dengan 2,81 miliar saham EMTK. Artinya, Grab menyuntikkan dana segar sekitar Rp5,5 triliun ke dalam induk usaha PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) itu.

Titi berharap hubungan yang lebih erat antara Grab dengan perseroan dapat menciptakan peluang untuk berinvestasi pada bisnis yang ada saat ini serta bisnis baru yang bersinggungan dengan kepentingan Perseroan dan Grab.

Emtek bantah OVO dan DANA bergabung

Kendati relasi dengan Grab sudah makin mesra, Emtek membantah bahwa perusahaan pembayaran digital mereka, OVO dan DANA dapat bergabung. Titi mengatakan kabar itu disebut hanya spekulasi.

Kata Titi, investasi yang dilakukan H Holdings Inc. pada Emtek disebut tak ada hubungannya dengan berita penggabungan kedua perusahaan pembayaran tersebut.

"Sejauh ini, berita merger antara DANA dan perusahaan pembayaran digital OVO hanyalah spekulasi dan investasi yang dilakukan H Holdings Inc. pada perseroan tidak ada hubungannya dengan berita penggabungan kedua perusahaan pembayaran tersebut," kata Titi dalam jawaban atas pertanyaan BEI.

Seperti diketahui, Grab merupakan salah satu investor OVO. Sementara itu, PT Espay Debit Indonesia Koe (EDIK) yang menghadirkan produk DANA merupakan entitas asosiasi EMTK melalui PT Kreatif Media Karya (KMK).

Pada 2019, KMK masih menggenggam 99,9 persen saham EDIK. Namun, pada akhir 2020, EDIK sudah tidak lagi terkonsolidasi dalam buku EMTK. Hal itu sejalan dengan divestasi 6 persen saham KMK di PT Elang Andalan Nusantara sehingga porsi kepemilikannya tidak lagi menjadi mayoritas karena turun menjadi 49 persen.

Elang Andalan Nusantara merupakan entitas afiliasi KMK yang menggenggam saham Espay Debit Indonesia Koe melalui PT Elang Sejahtera Mandiri.

Arah bisnis perusahaan

Titi mengatakan EMTK menargetkan pengembangan bisnis rumah sakit dan ekonomi digital sepanjang 3 tahun mendatang. Apalagi, modal EMTK makin tebal setelah mendapatkan dana dari hasil private placement Rp9,29 triliun.

Lebih lanjut, kata Titi, perseroan juga memiliki ketertarikan terhadap penerbitan digital, platform streaming video, pembayaran uang elektronik, dan e-commerce. Seperti diketahui, EMTK memiliki saham di Bukalapak.com, Vidio.com, Lakupon, PropertyGuru, hingga O-Shop dan Kapanlagi.com.

Berbagai bisnis digital tersebut, kata Titi, masih berkembang dan membutuhkan modal selama beberapa tahun ke depan untuk pengembangan dan pertumbuhannya.

"Mengingat perseroan memiliki beberapa investasi strategis di ekosistem digital, kami yakin akan ada peluang baru dalam ekonomi digital yang dapat dimanfaatkan Perseroan dengan menggunakan modal yang dihimpun melalui PMTHMETD," katanya.

Kata Titi, perseroan juga tidak menutup kemungkinan peluang itu akan berkaitan dengan bisnis Grab, atau peluang baru yang dapat dikembangkan melalui kerja sama antara Grab dan EMTK.

Di bisnis kesehatan, EMTK juga telah mengakuisisi saham pengendali pengelola Omni Hospitals PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME). EMTK juga menyuntik modal untuk ekspansi dan pelunasan utang SAME.

Anthony Salim

Tidak hanya Grab, terdapat satu nama yang juga masih setia menjadi salah satu pemegang saham EMTK yaitu

Anthony Salim. Ia memiliki total saham di atas 5 persen. Berdasarkan laporan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 16 April 2021, Bos Indofood itu masih mengempit porsi 8,38 persen.

Nama Anthony Salim telah tercatat sebagai pemegang saham EMTK setidaknya sejak 2018. Laporan Kepemilikan Efek 5 persen atau lebih yang dipublikasikan KSEI pada Maret 2018 menunjukkan porsi kepemilikan Anthony stabil sebesar 9,09 persen.

Konglomerat Anthony Salim. (Foto: Dok. Wall Street Journal)

Seperti diketahui, pada 1997, Emtek bertransformasi ke industri hiburan dan informasi. Awalnya, perseroan didirikan pada 3 Agustus 1983 dengan nama PT Elang Mahkota Komputer dan bergerak di bidang usaha penyediaan komputer.

Sejak bertransformasi, EMTK agresif melebarkan sayapnya di dunia media melalui deretan akuisisi. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan di bawah kendali Eddy Kusnadi Sariaatmadja juga berani mencaplok kepemilikan Grup Salim.

Kemudian, pada 2002, EMTK mengakuisisi kepemilikan saham PT Surya Citra Televisi (SCTV) melalui SCMA. Delapan tahun berselang, perseroan memutuskan untuk melaksanakan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

Setahun kemudian, ambisi EMTK untuk menguasai industri hiburan dan informasi belum terbendung. Perseroan mencaplok PT Indosiar Visual Mandiri (Indosiar) dengan mengakuisisi kepemilikan Grup Salim di PT Indosiar Karya Mandiri Tbk (IDKM).

Lalu, EMTK menggabungkan IDKM dan SCMA pada 2013. Perusahaan subholding di bidang konten yakni PT Indonesia Entertainmen Grup didirikan dua tahun kemudian.

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama mengungkapkan masuknya Grab dalam jajaran investor Emtek dapat memberikan angin segar dari sisi inovasi. Hal ini karena Grab memiliki kekuatan di teknologi digital, sedangkan Emtek memiliki kekuatan pada media dan mulai merambah digital.