Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menekankan pentingnya hilirisasi produk oleh UMKM sebagai langkah strategis untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas. Apalagi, di tengah ancaman deindustrialisasi saat ini.

Teten menegaskan bahwa UMKM jangan hanya dipandang sebagai penghasil produk-produk olahan seperti kripik atau krupuk, tetapi juga memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk menjadi pemasok bahan baku berkualitas bagi industri-industri besar, baik di dalam maupun luar negeri.

“Hilirisasi ini sekarang harus dilakukan UMKM. Pemerintah harus menyediakan teknologinya karena UMKM tidak punya,” kata Teten mengutip Antara.

Teten mengatakan bahwa paradigma terhadap UMKM juga perlu diubah. UMKM tidak hanya berperan sebagai penopang ekonomi keluarga, tetapi juga menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional dan bagian dari proses industrialisasi.

Menurut Teten, salah satu kunci keberhasilan UMKM dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing adalah dengan mengadopsi teknologi modern.

Teten mencontohkan, UMKM kerajinan kulit di Garut telah menunjukkan peningkatan kualitas produk yang signifikan setelah pemerintah memfasilitasi pembangunan Rumah Produksi Bersama (RPB) yang dilengkapi dengan teknologi modern.

Tidak hanya itu, pemerintah juga membangun fasilitas produksi bersama untuk mengolah nilam di Aceh, yang bertujuan meningkatkan nilai jual komoditas unggulan Indonesia.

Nilam, atau yang lebih dikenal sebagai minyak patchouli, adalah salah satu komoditas penghasil minyak atsiri terbesar di dunia dan banyak digunakan dalam industri parfum.

Kendati Indonesia menjadi pemasok utama bahan baku parfum dunia dengan kontribusi sebesar 96 persen, Teten menyebut kualitas ekspor nilam masih belum optimal akibat keterbatasan teknologi. Sebagai solusi, pemerintah menginisiasi pembangunan rumah produksi bersama yang dilengkapi dengan peralatan modern.

Ia lebih lanjut menyampaikan bahwa masih banyak jenis tanaman herbal yang dapat diolah menjadi ekstrak yang dibutuhkan oleh industri kosmetik dan farmasi tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Jika industri manufaktur masih banyak terkonsentrasi di Jawa, maka industri berbasis sumber daya alam, menurutnya, akan lebih merata di seluruh daerah, sehingga cita-cita pemerataan pembangunan pun akan tercapai.

“Jadi kita harus melihat UMKM sebagai wadah yang menyediakan lapangan kerja berkualitas. Harus ada kebijakan investasi yang ketat. Apabila (investor) industri manufaktur yang diharapkan dapat menyediakan lapangan kerja tidak datang, UMKM menjadi satu-satunya yang dapat menyediakan lapangan kerja,” ucap Teten.