JAKARTA- Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menegaskan bahwa transformasi digital bukan lagi sekadar membahas cara berjualan pada platform online melainkan memodernisasi UMKM
“Saya diserang, Pak menteri tau tidak artinya COD (Cash on Delivery), affiliator, seller dan lain sebagainya. Bukan itu. Kita mau ke sini (modernisasi UMKM) kok diskusinya masih di-bottom,” kata Teten Masduki dikutip dari ANTARA, Jumat, 6 Oktober.
Kata Teten, Indonesia harus mengubah bisnis dengan model dan produk yang lebih kompetitif dan inovatif jika ingin menjadi negara maju pada tahun 2045 dengan pendapatan per kapita di atas 13.000 dolar ASi.
Jika masih berkutat dengan UMKM yang 97 persennya di sektor mikro dan kecil, tidak akan mampu mengantarkan Indonesia menjadi negara maju dan malah terjebak di dalam negara berpendapatan menengah.
Apalagi jika usaha mikro dan kecil tersebut hanya bersifat subsisten atau hanya memenuhi kebutuhan rumah dan tidak menggunakan teknologi tinggi.
“Tidak mungkin kita dalam waktu 20 tahun ke depan empat kali pilpres, bisa punya pendapatan di 13.000 dolar AS. Karena itu Presiden sudah menginstruksikan termasuk kepada saya supaya segera memodernisasi usaha UMKM dengan membuka peluang-peluang bisnis baru lewat hilirisasi,” ujarnya.
Sejumlah sektor UMKM yang potensial dikembangkan dalam hilirisasi adalah rumput laut yang bisa diproduksi menjadi barang setengah jadi. Lalu, minyak atsiri yang bisa digunakan sebagai industri fragfrance, dan sektor akuakultur dan agrikultur lainnya.
“Kita kaya dengan herbal tapi ternyata bisa diproduksi ekstraknya dengan teknologi yang rendah dan sederhana kita bisa menjadi supply chain untuk industri kosmetik, farmasi, food dan lain sebagainya,” sambungnya.
"Peluang bisnis baru ini harus diciptakan bukan lagi melahirkan tukang bakso lagi tukang keripik lagi tukang dodol lagi tukang anyaman lagi ini yang harus kita ciptakan karena kita butuh menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih berkualitas," tambah Teten.
Teten mengatakan, pelaku usaha baru untuk tidak menjadi kompetitor dari para pelaku UMKM yang sudah ada.
BACA JUGA:
Dia berpendapat, jika pengusaha muda menjadi kompetitor bagi pelaku UMKM, maka skala usaha UMKM akan kesulitan untuk berkembang.
Belum lagi harus bersaing dengan produk-produk asing yang masuk ke Tanah Air.
“Kita ingin sebenarnya melahirkan entrepreneur-entepreneur baru dari kalangan anak muda yang aware dengan teknologi dan aware pada bisnis model yang inovatif yang relevan yang relevan dan tidak menjadi kompetitor dari para pelaku UMKM yang sudah ada,” tuturnya.