Menteri Teten Sebut Adanya Kemungkinan Penurunan Omzet Permanen di Pasar Tanah Abang
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berbincang dengan pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta. (Foto: Theresia Agatha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan, penurunan omzet yang dialami oleh pedagang Pasar Tanah Abang kemungkinan bisa permanen atau tetap apabila dibiarkan.

Mengingat, produk yang dijual para pedagang di Pasar Tanah Abang tak mampu bersaing dengan gempuran produk impor yang harganya terlalu murah.

"Tadi saya diskusi dengan PD Pasar Jaya, memang ini terjadi penurunan dan kemungkinan bisa permanen penurunannya," ujar Teten dalam konferensi pers di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa, 19 September.

"Walaupun pada waktu-waktu tertentu seperti Lebaran, akhir tahun, Idul Adha memang ada peningkatan, tapi bisa dipastikan memang dampaknya permanen penurunan ini," tambahnya.

Teten sempat berpikir turunnya omzet pedagang Pasar Tanah Abang karena mereka tidak bertransformasi dari berjualan secara langsung di pasar menjadi daring (online).

"Ternyata mereka juga sudah melakukan transformasi, mereka jualan-jualan online, tapi mereka tidak bisa bersaing," kata dia.

Dia menilai, merosotnya penjualan secara langsung atau offline, salah satunya di pasar Tanah Abang, bukan karena kalah dengan penjualan online.

Akan tetapi, produk yang dijual oleh pedagang Pasar Tanah Abang tidak bisa bersaing karena pada produk-produk impor yang dijual secara daring memiliki harga yang sangat murah.

"Jadi, nanti saya akan lihat lagi apakah barang-barang yang masuk sangat murah ini (ke pasar dalam negeri) ilegal atau legal. Atau memang kami terlalu murah, terlalu mudah untuk memberikan bagi barang-barang consumer good," ucap Teten.

Lebih lanjut, Teten mengaku bahwa pemerintah akan berusaha untuk menemukan solusi dari turunnya omzet pedagang pasar Tanah Abang.

"Saya juga akan lihat nanti apa perlu kami atur, ya, platform-platform digital, baik domestik maupun luar maupun Global, apakah barang yang mereka jual di sana juga disertai dokumen barang-barang mereka legal atau tidak legal, punya izin SNI tidak, punya izin halal dan lain sebagainya tidak," ungkapnya.

"Supaya kami mencegah masuknya barang ilegal lewat penjualan di online yang masif, sehingga tidak memukul produksi dalam negeri," pungkas Teten.

Adapun salah satu pedagang di Pasar Tanah Abang bernama Anggi (31) yang mengeluhkan bahwa omzet penjualannya telah menurun sekitar 80-90 persen.

Dia menilai, pemerintah harus segera menutup TikTok Shop karena membuat omzet penjualannya turun drastis.

"Omzet itu berkurang 80-90 persen. Biasanya (pendapatan) saya Rp40-50 juta, sekarang dapat Rp1 juta saja sulit," ujar dia.