Menteri Teten Ungkap Sederet Hambatan UMKM RI, Bikin Kalah dari China-Jepang
Menkop UKM Teten Masduki (Foto: Theresia Agatha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menyebut, ada sejumlah hambatan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sulit mengembangkan usahanya.

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten mengatakan, hal ini dikarenakan pelaku UMKM nasional masih banyak yang kesulitan mendapat pembiayaan, sulit mengakses teknologi produksi hingga sulit mengakses pasar.

Teten menilai, hambatan itu juga disebabkan karena pelaku UMKM Indonesia masih banyak yang belum terhubung dalam rantai pasok produksi. Menurutnya, saat ini masih banyak UMKM yang bersifat mandiri, sehingga dimulai dari membeli bahan baku, proses produksi sampai dengan proses pemasarannya dilakukan sendiri.

"Padahal, kalau kami lihat UMKM di negara-negara yang kami jadikan sebagai benchmarking, seperti China Korea Selatan dan Jepang, UMKM itu sudah menjadi bagian rantai pasok industri. Jadi, bukan sendiri-sendiri," ujar Teten dalam agenda Diskusi Forwakop terkait Peran UMKM dalam Hilirisasi Sektor Aquaculture dan Agriculture, Jumat, 8 Maret.

Menurut Teten, timbulnya sejumlah hambatan tersebut lantaran UMKM belum menjadi bagian dari rantai pasok industri. Dengan demikian, pembiayaan UMKM di sektor pertanian baru mencapai 30 persen dan perikanan hanya 2 persen.

Dia menambahkan, sulitnya pembiayaan ini juga dipengaruhi oleh kepercayaan perbankan atau lembaga peminjam kepada pelaku usaha. Mereka khawatir pelaku UMKM tidak dapat melunasinya lantaran penjualan produknya yang masih belum masif.

"Kenapa dalam pembiayaan UMKM itu masih sulit? Karena ekosistemnya belum lengkap. Kalau bank mau kasih pembiayaan, harus ada jaminan. Bisa nggak? Kalau dari sisi produsen, sisi pertanian, kan, nggak bisa langsung ke market atau industri," kata Teten.

Oleh karena itu, Teten mendorong pentingnya hilirisasi di sektor pertanian dan perikanan. Menurut dia, hilirisasi tidak hanya untuk menumbuhkan nilai tambah produk, tetapi juga membentuk ekosistem bisnisnya.

Dengan demikian, para pelaku UMKM tidak lagi menjual barang mentah, tetapi mulai masuk dalam rantai pasok.

"Hilirisasi itu bukan hanya meningkatkan nilai tambah produk, melainkan juga dua sektor ini memang didominasi pelaku UMKM. Jadi, hilirisasi Jangan ditafsirkan hanya sekadar pengolahan barang mentah, tapi juga membangun UMKM bagian dari industrialisasi," imbuhnya.