Di Seminar UGM Sri Mulyani Sebut Indonesia Maju 2045 Tak Seperti Cerita Roro Jonggrang 1 Malam
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Foto: Dok. Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, Indonesia memerlukan komitmen serta upaya yang kuat untuk mencapai cita-cita emas menjadi negara maju (advanced country) pada 2045. Untuk itu, dibutuhkan kerja keras dari seluruh sektor perekonomian untuk bisa merealisasikan harapan tersebut.

“Mencapai Indonesia maju tidak seperti Candi Roro Jonggrang yang dibuat dalam satu malam, tetapi membutuhkan satu persyaratan dengan membangun kualitas SDM. Kita juga perlu membangun infrastruktur yang memadai, kita juga harus mampu menjadi inverter teknologi dan tidak hanya sebagai pengguna teknologi,” ujar Sri Mulyani secara virtual, Kamis, 1 April.

Menkeu menambahkan, sektor birokrasi publik juga perlu memperbaiki diri guna meningkatkan kualitas pelayanan secara tepat dan efektif.

“Ini adalah sejumlah persyaratan yang harus ditempuh dan dipenuhi untuk bisa mencapai Indonesia maju,” tuturnya.

Bahkan, kata dia, persyaratan ini merupakan hal mutlak yang mesti dilalui oleh semua negara di dunia untuk bisa meraih predikat sebagai negara maju maupun negara dengan penghasilan tinggi.

Lebih lanjut, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengungkapkan jika tidak banyak negara yang mampu menyusun strategi jitu untuk bisa menyandang status tersebut.

“Di wilayah Asia Timur, hanya Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura yang berhasil melalui itu semua,” katanya.

Secara tegas Menkeu juga menjelaskan, banyak negara yang sudah masuk ke dalam status berpendapatan menengah, tetapi gagal mengangkat levelnya ke taraf advanced country.

“Kondisi inilah yang disebut dengan middle income trap, mereka tidak bisa menggapai higher income country status karena mereka masih berkutat pada masalah perangkat struktural di dalam negeri sendiri.” Jelasnya.

Secara terperinci Sri Mulyani memaparkan bahwa pada peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia 2045, proyeksi jumlah penduduk mencapai 319 juta jiwa dengan 47 persen diantaranya adalah usia produktif dan 70 persen merupakan kelas menengah.

Dari keseluruhan penduduk tersebut 70 persen menghuni wilayah perkotaan sementara 30 persen lainnya mendiami kawasan pedesaan.

Pada periode tersebut, Indonesia diyakini masuk dalam jajaran top 5 negara dengan tingkat perekonomian paling besar di dunia dengan jumlah pendapatan perkapita mencapai 23.199 dolar AS, atau masuk kategori pendapatan menengah tinggi.

Adapun struktur perekonomian kemudian bergesar dari sektor tumpuan pertanian menjadi sektor yang lebih bernilai tinggi seperti manufaktur dan jasa.