MEMPAWAH – Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Ilhamsyah Mahendra memastikan bahwa dengan beroperasinya Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, Inalum mampu mengurangi impor alumina secara signifikan.
Dikatakan Ilhamsyah, saat ini, Indonesia masih mengimpor 1,2 juta ton alumina setiap tahunnya.
Namun, dengan kapasitas produksi SGAR yang mencapai 1 juta ton per tahun, impor alumina akan berkurang secara signifikan.
"Dengan beroperasinya SGAR, kita hanya akan mengimpor sekitar 200 ribu ton alumina saja. Fase kedua dari proyek SGAR juga akan menambah kapasitas sebesar 1 juta ton lagi, yang diharapkan akan mulai beroperasi pada tahun 2028. Setelah itu, kita akan sepenuhnya mandiri tanpa impor alumina," ujarnya saat ditemui awak media di Mempawah, Selasa, 24 September.
Apalagi, kata dia, SGAR merupakan proyek strategis yang tidak hanya meningkatkan nilai tambah bauksit, tetapi juga mendukung hilirisasi industri aluminium di dalam negeri.
"Dengan SGAR, kita mengelola bauksit menjadi alumina di Indonesia. Nilai tambah bauksit akan semakin meningkat dan kita bisa memenuhi kebutuhan aluminium nasional." sambung Ilhamsyah.
Ilhamsyah bilang, Inalum juga akan terus melakukan ekspansi untuk memenuhi kebutuhan aluminium domestik yang terus meningkat.
"Kami sedang menyiapkan smelter kedua dan ketiga dengan kapasitas masing-masing 600.000 ton, sehingga dalam 5-10 tahun ke depan, kapasitas produksi aluminium kami akan meningkat dari 900 ribu ton menjadi 1,5 juta ton," tambahnya.
BACA JUGA:
Dia juga memastikan Inalum akan memprioritaskan pasokan aluminium untuk pasar domestik, dengan komposisi sekitar 70 persen produksi untuk kebutuhan dalam negeri dan 30 persen untuk ekspor.
"Kami akan terus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan aluminium domestik, karena pasar dalam negeri terus tumbuh pesat," tandas Ilhamsyah.