JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) berhasil meraih kontrak baru sebesar Rp12 triliun hingga Juli 2024. Raihan kontrak baru itu berasal dari lini bisnis energi dan konstruksi (90 persen), properti dan hospita (4 persen), manufaktur (4 persen) serta investasi dan konsesi (2 persen).
"Hingga Juli 2024, kami itu sudah memproleh kontrak baru sebesar Rp12 triliun," ujar manajemen ADHI dalam Public Expose 2024, Rabu, 28 Agustus.
Adapun sepanjang 2023, ADHI berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp37,4 triliun. Manajemen menyebut, bila raihan kontrak baru ini ditambah carry over Rp36,6 triliun, total order book perseroan pun mencapai Rp74 triliun.
"Kekuatan order book ini diharapkan bisa menjadi penopang pertumbuhan Adhi Karya di dua atau tiga tahun ke depan," katanya.
Saat ini, ADHI telah memenangkan lima proyek terbesarnya di tahun ini. Pertama, sarana dan prasarana tambak udang Sumbawa milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI senilai Rp3,2 triliun, Istana Wakil Presiden di Ibu Kota Nusantara (IKN) Rp1,3 triliun, EPCC Jetty & Propylene Storage Tank Rp0,7 triliun, Jembatan Pulau Balang Bentang Pendek Fase 2 Rp0,5 triliun dan Gedung Otorita IKN Rp0,3 triliun.
BACA JUGA:
Manajemen menjelaskan, sumber pendanaan masih didominasi oleh pemerintah, yakni sebesar 34 persen (APBN) dan pinjaman atau loan 14 persen. Lalu, disusul dari BUMN/BUMD sebesar 44 persen serta swasta dan lainnya 9 persen.
"Kalau dilihat dari portofolio memang dari sisi sumber pendanaan pemerintah itu relatif masih mendominasi, beserta dengan proyek loan atau pinjaman. Ini menjadi gambaran dari kekuatan penopang Adhi Karya di tahun-tahun mendatang," tuturnya.
Berdasarkan data per Juli 2024, Adhi Karya punya 113 proyek aktif dan 48 Proyek Strategis Nasional (PSN). "Sehingga, proyek-proyek ini diharapkan bisa memberikan kontribusi pendapatan hingga 2025," imbuhnya.