Bagikan:

JAKARTA - Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah meminta agar pemerintah dapat menurunkan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) di targetkan Rp16.100 per dolar AS menjadi Rp15.900 per dolar AS.

“Kita yakin, dengan transformasi struktur ekspor yang lebih bernilai tinggi dan menguat investasi, serta kebijakan bauran sistem pembayaran yang beragam dari sejumlah mata uang mitra dagang, akan membuat rupiah lebih kuat,” ujarnya dalam rapat Banggar dengan Pemerintah, Selasa, 27 Agustus.

Selain itu, pemerintah juga menargetkan tingkat suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun sebesar 7,1 persen. Menurut Said besaran tersebut dapat menjadi beban yang lebih tinggi bagi pemerintah kedepannya sehhingga diharapkan dapat turun menjadi 6,9 persen.

"Pimpinan Banggar DPR berharap suku bunga SBN bisa lebih rendah dari usulan pemerintah di Nota Keuangan RAPBN 2025 setidaknya di rata rata 6,9 persen,” katanya.

Menurut Said, jumlah kumulatif bunga utang RI sejak 2015 hingga 2023 telah mencapai Rp2.569,4 triliun dan tingkat suku bunga SBN menjadi salah satu yang tertinggi di dunia dan berpotensi membuat fiskal menjadi tidak kredibel.

“Dengan tingkat bunga government bond tertinggi dibanding negara peers membuat fiskal tidak sehat," ujarnya.

Said berharap tingkat suku bunga SBN 10 tahun dapat ditekan menjadi lebih rendah dan mengembangkan skema pembiayaan yang lebih murah dan mempelajari praktis terbaik dalam mengelola tingkat suku bunga SBN berada di level 1 persen hingga 3 persen.

"Pemerintah harus mempelajari dan mengembangkan best practice dari negara peers yang berada di level 1 -3 persen,” jelasnya.