Sri Mulyani Usulkan Imbal Hasil SBN 10 Tahun Jadi 6,28 Persen pada 2021
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. (Foto: DPR)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengusulkan untuk mengganti asumsi imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang digunakan sebagai pengganti asumsi Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

Sri Mulyani mengatakan, dalam kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2021 (KEM-PPKF 2021), pemerintah menuliskan SBN 10 tahun sebagai asumsi dasar ekonomi makro dengan tingkat suku bunga 6,67 persen hingga 9,56 persen. Namun, ia menilai, angka itu harus diubah karena sudah tidak sesuai dengan situasi saat ini.

Ani, sapaan akrabnya mengatakan, pemerintah mengusulkan menggantinya menjadi 6,29 persen sampai 8,29 persen pada asumsi tahun depan. Perubahan ini didasari pada perkembangan ekonomi global dan nasional dalam beberapa waktu terakhir. Tekanan ekonomi mulai menurun, sehingga perlu ada penyesuaian target yang lebih sesuai.

"Awal disusun situasi Maret-April masih tinggi volatilitasnya. Sementara saat ini, yield SBN 10 tahun sudah turun mendekati 7 persen. Dalam pembahsan hari ini kami usul ke komisi XI range diturunkan proyeksinya 6,29 persen sampai 8,29 persen," katanya, dalam rapat kerja Komisi XI DPR RI, Senin, 22 Juni.

Ani mengatakan, SBN bertenor 10 tahun akan diterbitkn pemerintah secara reguler sebagai seri benchmark dengan porsi mencapai 25 persen hingga 30 persen. Sebesar 4,99 persen di antaranya berasal dari outstanding domestik.

Dalam rapat kerja kali ini, Sri Mulyani juga menawarkan, opsi mengubah SPN 3 bulan dengan SBN bertenor 5 tahun, yang dinilai lebih mencerminkan risiko pasar jangka pendek. Pada SBN 5 tahun, suku bunganya diproyeksi sebesar 5,88 persen hingga 7,88 persen.

Rencananya, penerbitan SBN bertenor 5 tahun akan dilakukan dengan porsi sebesar 20 persen sampai 30 persen dari total penerbitan. Dengan outstanding domestik diperkirakan berada di kisaran 5,94 persen.

"Dua surat berharga ini sangat mempengaruhi postur belanja suku bunga karena menjelaskan hampir 5 hingga 5,9 persen atau lebih dari 10 persen dari total outstanding domestik kita," tuturnya.