Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) Asdo Artriviyanto mengungkapkan penumpang KRL di wilayah Jabodetabek terus mengalami kenaikan pascapandemi COVID-19.

Bahkan, diprediksi total pergerakan penumpang KRL Jabodetabek mencapai 345 juta orang di tahun ini.

Asdo mengatakan jumlah tersebut meningkat dari perkiraan total penumpang tahun 2023 yang sebesar 290 juta orang. Karena itu, Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp1,8 triliun dibutuhkan untuk pengadaan armada KRL.

Apalagi, sambung Asdo, jumlah penumpang bakal terus tumbuh dengan rerata 6 persen per tahun hingga tahun 2027 mendatang.

“Ini perlu kami lakukan karena untuk mengindari terjadinya overload angkutan ini,” ucap Asdo dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 9 Juli.

Berdasarkan paparannya, Asdo bilang KAI Commuter memperkirakan pergerakan penumpang pada 2025 mencapai 362 juta orang, 2026 sebanyak 398 juta orang, dan tahun 2027 sebanyak 410 juta penumpang.

Lebih lanjut, Asdo bilang, rerata okupansi pada tahun 2023 dan 2024 memang masih di bawah 100 persen.

Tetapi seandainya tidak ada pengadaan sarana baru, okupansi bakal melampaui 100 persen pada tahun 2025 hingga 2027.

“Kemudian yang menimbulkan overload ini pada garis merah itu peak hours dari mulai 2023 sudah terjadi 129 persen pada pukul 5 hingga 9 pagi, kemudian jam 4 sore hingga 7 malam. Ini akan terus meningkat, apabila tidak terjadi pengadaan sarana, maka 2026 hingga 2027 kan melebihi 200 persen dan ini indikasi terjadinya overload,” jelas Asdo.

Pada awal 2023, sambung Asdo, KAI Commuter memiliki total sebanyak 118 trainset.

Saat itu, sebanyak 10 trainset harus menjalani konservasi sehingga tersisa 108 rangkaian KRL dengan kebutuhan operasi hingga 2026 sebanyak 101 rangkaian sesuai grafik perjalanan kereta api yang ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan.

Dari 108 trainset yang dimiliki, lanjut Asdo, sebanyak 101 rangkaian dioperasikan oleh KAI Commuter, sementara sisanya diwajibkan untuk berada di fase maintenance.

“Untuk maintenance ada 7 rangkaian yang harusnya idealnya maintenance 16 trainset atau 15 persen dari jumlah armada,” tuturnya.

Asdo mengatakan, pada tahun ini, sebanyak 19 trainset kembali harus dikonservasikan.

Dengan demikian, lanjut dia, tahun ini hanya ada 89 trainset dari kebutuhan operasi sebanyak 101 rangkaian.

Kemudian, sebanyak 12 rangkaian kereta dari 16 rangkaian yang dipesan ke PT INKA bakal dikirim pada semester II-2025 mendatang.

Asdo mengatakan, ada tiga rangkaian kereta impor yang juga bakal datang pada semester I-2025.

Impor kereta dari China juga bakal bertambah sebanyak 8 trainset pada paruh pertama tahun 2025.

Pengadaan itu, sambung Asdo, juga diikuti retrofit atau peremajaan armada ke PT INKA pada semester selanjutnya.

“Inilah beberapa pengadaan yang akan datang 2025 karena kami mengalami krisis kekurangan sarana di semester II-2024 dan semester I-2025,” jeladnya.

Kemudian di tahun 2026, sambung Asdo, INKA bakal merampungkan empat rangkaian kereta pesanan KAI Commuter yang sebagian besar sudah dikirim pada semester II-2025.

“Terakhir pada 2027, rencananya kita akan kontrak pada 2025 mendatang sebanyak 8 trainset yang akan diselesaikan INKA,” kata Asdo.