Bagikan:

JAKARTA - Pelaksana harian (Plh) Ketua Umum Asosiasi Bauksit dan Buruh Besi Indonesia (APB3I) Ronald Sulistyanto buka suara terkait dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap komoditas tambang khususnya bauksit.

Dikatakan Ronald, dengan adanya pelemahan rupiah ini turut berpengaruh terhadap komponen biaya produksi karena memiliki basis dolar Amerika Serikat (AS).

"Karena ada kesempatan dalam situasi seperti ini tentu ekspor akan jadi andalan utama. Kalau ekspor bisa dilakukan tentu kita bisa dapat devisa negara," ujarnya dalam Mining Zone yang dikutip Selasa 2 Juli.

Selain mendapat devisa negara, kata dia, pengusaha bauksit juga bisa mereposisi kembali hal-hal yang dipertajam untuk mengejawantahkan perintah UU yaitu hilirisasi bauksit.

Dikatakan Ronald, hilirisasi bauksit memang memerlukan waktu dan dengan penguatan dolar, penghitungan kembali tentang permbangunan smelter akan berubah besar karena menggunakan basis dolar.

"Kalau dulu cuma 4-5 persen pinjaman dolar, sekarang basicnya aja 5,25. Ditambah margin profit bank 3 persen sehingga 8 persen, sangat tinggi. Apalagi dengan kebijakan baru di AS akan membawa akibat tidak sehatnya. Apalagi pengembalian modal atau BEP-nya akan menjadi lebih panjang," beber Ronald.

Dengan demikian, Ronald bilang, investor kemudian akan mempertanyakan kembali keputusan untuk berinvestasi di Indonesia.

Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, asosiasi menyarankan adanya upaya agar mendapat izin ekspor bauksit sehingga bisa memperoleh devisa dan menyelamatkan pengusaha bauksit.

Apalagi, kata dia, saat ini nvestor itu masihh maju mundur untuk berinvestasi.

"Kemarin saja dengan tidak ada penguatan dolar saja sudah maju mundur apalagi dengan penguatan dolar, pelemahan rupiah makin gamang untuk dia keputusan untu berinvestasi di Indonesia," pungkas Ronald.