JAKARTA - Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengungkapkan, fakta baru terkait komoditas bauksit di Indonesia.
Diketahui, jika saat ini Indonesia mengalami defisit aluminiun sebesar 750.000 ton.
"Memang setiap komoditas punya ciri khas sendiri dan tantangan peluang sendiri. Jadi, bauksit kita indonesia bisa melalui refinery menjadi alumina dan alumina melalui smelter menjadi aluminium. Indonesia defisit 750.000 ton aluminium," ujar Irwandy dalam Mining Zone yang dikutip Selasa, 25 Juni.
Menurut Irwandy, kekurangan aluminium ini harus segera ditambal. Untuk itu pemerintah terus mendorong PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) untuk terus meningkatkan kapasitas produksi aluminiumnya.
Dikatkan Irwandy, Inalum telah berencana menambah kapasitas dari 250.000 ton per tahun menjadi 600.000 per tahun.
Selain Inalum, lanjut Irwandy, saat ini ada perusahaan di Kalimantan Utara yang akan mendirikan smelter untuk memproses alumina menjadi aluminium dengan kapasitas sebesar 500.000 ton per tahun.
"Ini kita harapkan bisa tutuyp defisit yg cukup besar dr aluminium," sambung Irwandy.
BACA JUGA:
Lebih jauh, Irwandy menambahkan, sejatinya ada 12 smelter bauksit yang direncanakan dibangun untuk memperkuat industri pengolahan bauksit.
Namun, sejauh ini hanya 4 yang sudah mulai beroperasi dan menghasilkan alumina untuk kemudian diproses menjadi aluminium.
Sedangkan sisa 8 lainnya hanya 1 proyek yang menunjukkan progres pembangunan.
"Tujuh lainnya seperti keluhan menteri ESDM bahwa kemajuannya yang dilaporkan mencapai 30 hingga 50 persen tapi ternyata di lapangan tidak seperti itu. Baru berupa lapangan," pungkas Irwandy.