Kalbe Farma, Perusahaan Farmasi Milik Konglomerat Boenjamin Setiawan Ini Dapat Lisensi Obat COVID-19 Senilai Rp15 Triliun
Konglomerat Boenjamin Setiawan (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan farmasi swasta, PT Kalbe Farma Tbk melalui anak usahanya PT Kalbe Genexine Biologics (KGBio) menandatangani perjanjian lisensi dengan Genexine Korea Selatan. Perusahaan bersandi saham KLBF ini menandatangani perjanjian lisensi bernilai belasan triliun rupiah.

Presiden Direktur Kalbe Genexine Biologics yang juga Direktur Kalbe Farma, Sie Djohan mengatakan, kerja sama ini untuk mengembangkan dan melakukan komersialisasi obat imuno-onkologi GX-I7 (Efineptakin Alpha), yakni long-acting interleukin-7 yang menggunakan platform teknologi hyFc Genexine.

Perjanjian lisensi tersebut secara keseluruhan bernilai 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp15,4 triliun (kurs Rp14.000 dolar AS), termasuk upfront payment senilai 27 juta dolar AS atau setara dengan Rp378 miliar. Kemudian, akan diikuti dengan milestone registrasi dan komersialisasi serta royalti sebesar 10 persen terhadap pendapatan penjualan.

Adapun lisensi pengembangan dan komersialisasi meliputi wilayah Timur Tengah, Oceania, India, Afrika dan seluruh wilayah Asia kecuali Cina, Jepang dan Korea.

"Kesepakatan lisensi obat GX-I7 antara KGBio dan Genexine merupakan kesepakatan yang sangat strategis bagi kami untuk membangun portofolio produk sehingga dapat menyediakan produk therapeutic yang inovatif untuk 655 juta populasi di Asia Tenggara melalui jaringan penjualan dan pemasaran Kalbe dan terus dikembangkan di wilayah India, Oceania dan Timur Tengah," kata Sie Djohan, dikutip dari keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, Rabu 17 Maret.

Ia menambahkan, melalui lisensi ini akan terbangun kolaborasi antara KGBio dengan banyak partner global. Ini tentu akan membawa perusahaan milik konglomerat Boenjamin Setiawan ini ke level berikutnya, untuk menjadi perusahaan bioteknologi terkemuka di Asia Tenggara.

Sementara CEO Genexine, Dr. Sung mengatakan, kesepakatan lisensi dengan KGBio membuktikan produk GX-I7 memiliki value yang sangat tinggi.

"Genexine akan terus berkolaborasi secara aktif dengan partner global untuk membuktikan agar obat GX-I7 diakui sebagai obat imuno-onkologi yang inovatif," katanya.

Selain uji klinik GX-I7 yang dilakukan sebagai obat imuno-onkologi, KGBio juga sedang melakukan uji klinik fase-2 untuk obat COVID-19 di Indonesia dengan harapan dapat mengurangi risiko pasien COVID-19 ke kondisi yang lebih parah.

Sebelumnya KGBio telah mendapat persetujuan pelaksanaan uji klinik (PPUK) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM).

GX-I7 adalah satu-satunya long-acting interleukin-7 dalam pengembangan di dunia yang dapat meningkatkan jumlah limfosit absolut. Peningkatan jumlah limfosit oleh GX-I7 inilah yang dapat mencegah perburukan kondisi pasien COVID-19.

KGBio juga berencana melakukan kombinasi uji klinik GX-I7 dengan anti-PD1 HLX10 untuk meningkatkan dan memperluas value dari keseluruhan pipeline.

Akhir Januari 2021 KGBio juga telah menerima investasi dari General Atlantic suatu perusahaan financial investor global dari AS sebesar 55 juta dolar AS sebagai modal inti (primary capital) kepada KGBIo.

Tahun 2019, KGBio juga menandatangani perjanjian lisensi dengan Henlius (HK 2696), anak perusahaan Fosun Pharma, dengan nilai 692 juta dolar AS, dan menambahkan immune checkpoint inhibitor HLX10 ke dalam portofolionya.

Kalbe Genexine Biologics didirikan pada 2016 sebagai usaha patungan antara Kalbe Farma dan Genexine. Kalbe Group adalah perusahaan yang didirikan Boenjamin Setiawan pada tahun 1966 dan telah menjadi salah satu pemain besar di bidang farmasi selama puluhan tahun.

Boenjamin Setiawan sendiri kini adalah orang terkaya nomor 8 di Indonesia. Pria berusia 87 tahun itu memiliki kekayaan 4,1 miliar dolar AS, atau setara dengan Rp57,4 triliun.