JAKARTA - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengungkapkan, nilai investasi Smelter Manyar di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, mencapai 3,7 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp58 triliun.
“Total investasi yang sudah kami keluarkan untuk proyek ini adalah 3,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp58 triliun,” ujar Presiden Direktur PTFI Tony Wenas dilansir ANTARA, Kamis.
Tony mengatakan, Smelter Manyar merupakan salah satu investasi yang besar, serta merupakan capaian bagi Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia karena telah berhasil merealisasikan investasi yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia.
Output dari smelter tembaga tersebut, kata Tony, sekitar 650 ribu ton katoda tembaga.
Pada Desember, Tony mengatakan smelter tersebut dapat memurnikan lumpur anoda untuk menghasilkan emas dan perak, serta beberapa logam lainnya.
“Jumlah emasnya kira-kira antara 50–60 ton dan peraknya sekitar 220 ton per tahun,” kata Tony.
Tony memperkirakan pada pertengahan Agustus, Smelter Manyar sudah bisa memproduksi katoda tembaga pertama.
Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Bahlil berpesan kepada Freeport untuk melibatkan pengusaha daerah.
Dengan keterlibatan pengusaha daerah, gejolak yang mungkin terjadi dapat terhindari.
“Libatkan pengusaha daerah. Mungkin karena mereka dilibatkan, jadi tidak ada gejolak,” kata Bahlil.
BACA JUGA:
Terkait dengan diresmikannya operasi Smelter Manyar, Bahlil merasa tidak adil apabila tidak memberi perpanjangan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) kepada Freeport.
“Rasa-rasanya sih, agak kurang adil kalau kita tidak memberikan perpanjangan tambahan. Karena sudah bangun smelter di Gresik, dan kita akan mendapatkan lagi saham tambah 10 persen,” kata Bahlil.
Bahlil menambahkan, izin membangun smelter di Papua juga sudah disetujui.
“Supaya orang Papua juga merasa bahwa tembaganya betul, konsentratnya betul dari Papua, harus ada smelternya juga di Papua,” ucap Bahlil.