Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdampak pada bisnis.

Hal ini dikarenakan biaya kegiatan Garuda sebagian besar menggunakan dolar AS.

Sebagai informasi, beberapa pekan ke belakang ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami pelemahan. Bahkan saat ini telah tembus ke level Rp16.400.

“(Pelemahan rupiah) pasti ada impact (ke bisnis). Tapi ya kan ini fakta yang kita harus hadapi. Kita enggak perlu komplain kan,” ujarnya saat ditemui di Menara Danareksa, Jakarta, Jumat, 21 Juni.

Lebih lanjut, Irfan menekankan pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini harus tetap harus dihadapi dengan cara bekerja lebih keras.

“Mungkin ada selip sana-sini, tapi itu bagian dari bisnis,” katanya.

Sebelumnya, Irfan mengatakan, seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS maka nilai beban usaha membengkak dan menekan pendapatan perusahaan.

“Yang jelas exchange rate-nya, aduh deg-degan, kita komponen dollarnya kan gede. Ini kalau exchange rate ini kursnya melemah terus kan babak belur. Kita kan income-nya banyak rupiah. Anda kan enggak saya tagih dolar kan naik pesawat?,” ucapnya.

Selain exchange rate, kata Irfan, terdapat komponen lain yang turut menekan pendapatan industri maskapai penerbangan adalah bahan bakar avtur yang juga mengalami peningkatan.

Karena itu, Irfan berharap, kebijakan Tarif Batas Atas (TBA) untuk harga tiket pesawat dapat disesuaikan.

Mengingat, terakhir kali TBA diperbaharui pada saat nilai tukar rupiah berada di level Rp13.000 per dolar AS.

“Kalau TBA kita minta direvisi ya. Asal ingat TBA itu di terakhir itu berbasis dollarnya Rp13.000 ya. Jadi enggak usah dilihat ini kita juga udah enggak cocok lagi lah costing-nya,” jelasnya.