Jelang Siang, Rupiah di Level Rp15.048 per Dolar AS, Hampir Masuk Dasar Klasemen di Asia
Ilustrasi. (Foto: Bank Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Rupiah semakin menunjukkan ketidakberdayaannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Sejak kemarin, rupiah sempat berada di level Rp15.000-an pasca pembukaan. Pun yang terjadi pada hari ini, Selasa 17 Maret menjelang siang.

Pantauan VOI, kurs rupiah tak berdaya di kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor). Rupiah juga loyo di pasar spot.

Selasa ini, pada kurs tengah BI atau Jisdor, rupiah berada di Rp 15.083 per dolar AS. Rupiah melemah signifikan 1,79 persen dibandingkan posisi kemarin. Pelemahan ini adalah titik terlemah rupiah sejak November 2018.

Sementara di pasar spot, rupiah pun tak berdaya. Pada pukul 11.08, rupiah melemah 0,77 persen ke level Rp15.048 per dolar AS.

Penderitaan rupiah berbalikan dengan apa yang dialami mata uang negara-negara tetangga. Sejumlah mata uang di kawasan Asia Tenggara sudah mampu menguat, misalnya dolar Singapura, baht Thailand, dan peso Filipina.

Meski demikian, mayoritas mata uang di kawasan Asia, memang masih melemah terhadap dolar AS. Rupiah bahkan hampir masuk dasar klasemen pelemahan. Pasalnya pelemahan rupiah hanya kalah dari won Korea yang melemah hingga 1,28 persen.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta mengatakan, kelihatannya sentimen masih belum membaik di mana aset-aset berisiko masih tertekan termasuk rupiah.

"Semalam Wall Street jatuh dalam lebih dari 12 persen. Kekhawatiran pasar terhadap penyebaran wabah virus corona atau COVID-19 masih tinggi," ujar Ariston.

Kendati demikian, lanjutnya, pagi ini ini indeks Nikkei sempat bergerak positif dan S&P Futures juga demikian.

"Mungkin berita persiapan stimulus dari pemerintah AS membantu mengangkat sentimen sebagian pelaku pasar," kata Ariston.

Pemerintah AS masih bernegosiasi dengan Senat untuk menggelontorkan paket stimulus yang lebih besar. Pemerintah Selandia Baru juga merilis stimulus 12,1 miliar dolar Selandia baru (NZD) pagi ini. Bank sentral Australia juga mempersiapkan stimulus moneter lanjutan.

"Rupiah masih berpotensi tertekan karena kekhawatiran penyebaran corona namun sentimen stimulus AS bisa membantu menahan pelemahan rupiah," ujar Ariston.