Bagikan:

JAKARTA - Langkah pemerintah yang memberlakukan pembebasan pungutan Pajak Penjualan atas Barang Murah (PPnBM) mobil baru sebesar 0 persen pada awal Maret ini langsung membuahkan hasil. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) mengklaim penjualan mereka langsung meroket dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Direktur Pemasaran PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) Donny Ismi Saputra mengungkapkan selama empat hari berlakunya relaksasi PPnBM permintaan mobil Suzuki naik 100 persen dibanding periode yang sama bulan Februari 2021.

"Sejauh ini dari data yang kami pantau, permintaan mobil Suzuki naik 100 persen," ujarnya dalam keterangan pekan lalu.

Donny menambahkan, bahwa Suzuki memiliki dua model yang mendapatkan relaksasi PPnBM 0 persen. Kedua model itu adalah Suzuki Ertiga dan Suzuki XL7.

"Kami memperkirakan kenaikan penjualan untuk kedua model itu sekitar 20 persen. Tetapi bisa saja terus berkembang," tuturnya.

Senada, Marketing Director PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales (MMKSI) Irwan Kuncoro mengatakan pihaknya mendapati peningkatan jumlah pesanan setelah insentif dirilis, khususnya dua produk yang mendapatkan Insentif PPnBM, yaitu Xpander dan Xpander Cross.

“Jumlah SPK minggu pertama Maret 2021 terjadi peningkatan yang cukup signifikan untuk Xpander, jika dibandingkan periode yang sama di Februari 2021,” katanya.

Hal serupa juga terjadi pada PT Toyota Astra Motor. Melalui Direktur Pemasaran Anton Jimmy, raksasa otomotif asal Jepang itu menyebut penjualan produk perusahaan mengalami peningkatan signifikan. Ini terlihat dari total surat pembelian kendaraan (SPK) yang dikeluarkan.

“Dari data 1-8 Maret 2021, untuk Avanza, Sienta, Rush, dan Yaris, SPK-nya naik sekitar 94-155 persen jika dibandingkan dengan SPK periode Februari di tanggal yang sama,” jelasnya.

Anton menambahkan, untuk tipe Vios yang mendapatkan diskon terbesar hingga Rp65 juta imbas dari insentif ini, penjualannya naik lebih besar lagi karena sebelumnya permintaannya memang tidak banyak.

“Sangat terasa sekali peningkatan berkat kebijakan relaksasi yang dikeluarkan oleh pemerintah,” imbuhnya.

Peningkatan SPK terjadi pula pada penjualan mobil Honda. Business Innovation and Sales and Marketing PT Honda Prospect Motor, Yusak Billy mengungkapkan kenaikan penjualan sekitar 40-50 persen dibandingkan dengan periode yang sama bulan sebelumnya.

“Khususnya untuk model yang mendapatkan insentif pajak, peningkatan naik lebih dari 60 persen dibanding seminggu pertama bulan Februari lalu, growth tertinggi ada di HRV 1,5 liter,” tuturnya.

Billy mengungkapkan animo masyarakat sangat baik dalam memanfaatkan relaksasi pajak dari pemerintah.

“Kami akan terus mengamati perkembangan permintaan mobil kedepannya untuk memenuhi supply dengan demand yang ada,” kata dia.

Daya tarik investasi

Upaya pemerintah yang mendorong industri otomotif nasional untuk kembali bergeliat di era pandemi membuahkan hasil. Selain peningkatan penjualan, relaksasi perpajakan tersebut membuat sektor ini makin seksi untuk dilirik investor.

Langkah cepat langsung diambil oleh Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dengan menyambangi Jepang yang menjadi markas berbagai pabrikan mobil kelas dunia.

Dalam kunjungan resmi selama dua hari di pekan lalu, Menperin merayu sejumlah principal untuk membenamkan modalnya di Tanah Air.

Menteri Agus menyampaikan kebijakan, program dan proyek baru di antaranya, Undang-undang Cipta Kerja, substitusi impor, relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), proyek Bintuni, dan Patimban. Bak gayung bersambut, Menperin membawa ‘oleh-oleh’ berupa penguatan investasi lama dan komitmen investasi baru di sektor otomotif sebesar puluhan triliun rupiah.

“Pertemuan berjalan dengan baik dan membawa kabar gembira, karena beberapa perusahaan otomotif besar dan petrokimia menyatakan komitmen berinvestasi di Indonesia,” ujarnya di Tokyo, Jepang, Kamis, 11 Maret sebelum bertolak kembali ke Indonesia.

Dia menambahkan, dari pertemuan dengan prinsipal Honda Motor Company.Ltd, perusahaan tersebut berkomitmen menanamkan investasi sebesar Rp5,2 triliun.

Sementara itu, Suzuki Motor Corporation berencana menginvestasikan Rp1,2 triliun. Lalu, Toyota Motor Corporation merealisasikan investasi yang sudah ada, yaitu sekitar Rp28 triliun, dan Mitsubishi Motors Corporation menyampaikan rencana investasi Rp11,2 triliun.

Sebelumnya, Menperin juga melobi Mazda Motor Corporation untuk membangun pabriknya di Indonesia dengan menyampaikan berbagai kemudahan investasi dan banyak insentif untuk investor otomotif baru di Indonesia.

“Kami terus mendorong agar mereka segera melakukan investasi dan membangun pabrik di Indonesia. Mereka akan segera mempertimbangkan dan memperhitungkan untuk kebutuhan investasi di Indonesia. Mudah-mudahan nanti pada kunjungan kami selanjutnya di bulan Mei dapat mendengar perkembangan dari Mazda untuk berinvestasi di Indonesia,” katanya.

Mobil listrik

Kebijakan relaksasi PPnBM secara tidak langsung semakin membuka peluang untuk mewujudkan pembangunan industri mobil listrik di dalam negeri. Setelah komitmen kuat Tesla untuk menggandeng Indonesia dalam rantai pasok baterai mobil listrik, kini giliran Honda yang memasukan Indonesia dalam radar pembuatan kendaraan berteknologi 4.0 itu.

Sinyal positif ini dilontarkan oleh Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. Dia menyebut perusahaan itu akan merelokasi fasilitas produksinya dari India ke Indonesia berbarengan dengan komitmen investasi senilai Rp5,2 triliun.

“Honda berkomitmen untuk melakukan pengambangan mobil listrik di Tanah Air,” kata Agus.

Tidak hanya itu, pabrikan Suzuki juga menyampaikan minta yang sama untuk merintis pembangunan kendaraan elektrik di Indonesia setelah sepakat membenamkan modal sebesar Rp1,2 triliun mulai tahun ini.

Perusahaan tersebut mengaku telah memiliki roadmap pengembangan electric vehicle (EV) dan menyampaikan bahwa insentif serta kebijakan pemerintah Indonesia sangat sesuai dengan visi dan misi Suzuki di masa depan.

“Sebagai langkah awal mereka akan memperkenalkan jenis kendaraan mild hybrid dengan teknologi integrated starter generator (ISG) untuk tujuan ekspor bagi pasar Asia dan Amerika Latin,” tutup Menperin.