Kalahkan Garuda Indonesia, Lion Air Jadi 'Raja Udara' di Masa Pandemi
Pesawat Lion Air. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pandemi COVID-19 tak membuat persaingan antara Garuda Indonesia dengan Lion Air Group melemah. Persaingan antara maskapai ini masih tetap tinggi, meskipun industri penerbangan babak belur tertekan pandemi pada 2020.

Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Lion Group ternyata berhasil mengungguli Garuda Indonesia di ranah rute domestik sepanjang 2020. Maskapai di bawah komando Rusdi Kirana mencatat kinerja lebih baik, dilihat dari pangsa pasar dan jumlah penumpang yang sudah dilayani.

Seperti diketahui, pandemi COVID-19 yang masuk ke Tanah Air pada 2 Maret 2020 membuat pemerintah menutup akses masuk bagi warga negara asing (WNA). Sehingga, industri penerbangan hanya melayani rute domestik.

Secara kumulatif, Lion Air Group yang terdiri dari tiga maskapai yakni Lion Air, Batik Air, dan Wings Air berhasil mengangkut hingga 21,48 juta penumpang atau memiliki pangsa pasar hingga 60,6 persen.

Namun, jika melihat secara tahunan (year on year/yoy) capaian tersebut anjlok hingga 46,2 persen. Meski begitu, angka itu tidak buruk. Sebab, capaian tersebut menggambarkan Lion Group berhasil meyakinkan mayoritas penumpang angkutan udara selama pandemi untuk menggunakan layanan mereka.

Sementara, Garuda Indonesia dan Citilink Indonesia hanya berhasil mengangkut penumpang sebanyak 10,04 juta orang dengan pangsa pasar sebanyak 28,3 persen. Pangsa pasar mereka justru menurun dibandingkan dengan realisasi 2019 yang sebesar 34,5 persen.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra berujar tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan pangsa pasar dan jumlah penumpang maskapainya.

Terkait dengan upaya memperbaiki pangsa pasar, Irfan mengatakan pihaknya berupaya meningkatkan jumlah penumpang. Namun pada tahun ini perseroan akan lebih berfokus kepada perbaikan pelayanan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap maskapainya.

"Kami fokus memastikan penerbangan bersama Garuda itu aman dan nyaman. Kami enggak terlalu fokus ke market share," tutur Irfan, saat dihubungi VOI, Rabu, 10 Maret.

Pesawat Garuda Indonesia. (Irfan Meidianto/VOI)

Sekadar informasi, secara persentase penurunan pendapatan dan penumpang pada tahun lalu yang dialami perseroan pernah mencapai titik terendahnya hingga ke level 90 persen. Garuda bahkan harus mengurangi sejumlah frekuensi penerbangan tanpa harus menutup rutenya.

Strategi yang bikin Lion Air berhasil unggul dari Garuda

Dihubungi terpisah, Corporate Strategic Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan salah satu strategi untuk menarik kepercayaan penumpang agar memilih untuk terbang menggunakan maskapainya adalah dengan mengembangkan hiburan di atas pesawat.

Adapun hiburan yang ditawarkan meliputi beragam film, bermain games, membaca majalah dan masih banyak lagi. Untuk periode ini, hal paling menarik adalah menonton film cuma-cuma dari genre seperti Indonesia, Hollywood dan jenis film Korea.

Hiburan ini, kata Danang, terkoneksi melalui wireless inflight entertainment (W-IFE) dari AirFi (PT Dua Surya Dinamika) yang diakses dari semua ponsel pintar (smartphone), tablet, laptop dengan operating system (OS) - perangkat lunak sistem yang mengatur sumber daya seperti iOS, Android, Windows, BBM, Linux dan lainnya

"Hiburan dengan perangkat gadget atau device masing-masing penumpang sebagai salah satu bentuk upaya pencegahan penyebaran COVID-19 agar penumpang dapat menikmati hiburan yang disajikan dengan nyaman dan aman," tuturnya.

Kemudian, kata Danang, pihaknya juga menggaungkan kampanye terbang itu aman. Dengan menjamin bahwa seluruh operasional penerbangan dijalankan sesuai aspek keselamatan, keamanan serta berpedoman protokol kesehatan.

Ilustrasi situasi di bandara. (Foto: Unsplash)

Seluruh armada dilengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter atau penyaringan partikel yang kuat. HEPA filter membantu menjaga kebersihan udara di dalam kabin dan menyaring lebih dari 99,9 persen jenis virus, kuman, serangga dan bakteri. Udara di dalam kabin pesawat diperbarui setiap 2-3 menit, sehingga lebih segar. Untuk udara dari toilet (lavatory) dan dapur (galley) langsung dialirkan ke luar pesawat.

Selain itu, kata Danang, pihaknya juga melakukan peningkatan kegiatan kebersihan dan sterilisasi pesawat udara Lion Air secara berkala dengan metode Aircraft Exterior and Interior Cleaning (AEIC) yang dijalankan di pusat perawatan pesawat Batam Aero Technic (BAT) dan di berbagai basis bandar udara (base station) dimana pesawat Lion Air berada.

Danang mengatakan hal ini dilakukan karena rute domestik masih menjadi pasar yang harus dilayani. Sebab masyarakat tetap melakukan perjalanan dengan transportasi udara pada masa pandemi.

"Strategi pada tahun ini masih menjalankan apa yang sudah dilakukan pada 2020. Dari sisi kemudahan layanan kesehatan hingga hiburan. Hal itu karena kami masih dalam rangka analisa pasar selama masa waspada pandemi. Pada tahun ini juga kami masih memiliki optimisme tren pasar penerbangan yang lebih baik," tuturnya.

Membuka rute lama secara bertahap

Sepanjang 2020, maskapai ini juga konsisten menjaga pangsa pasarnya seiring dengan dibukanya operasional rute potensial. Rute lama juga kembali dibuka secara bertahap usai penyebaran COVID-19 dinilai semakin berkurang.

Pesawat Batik Air. (Irfan Meidianto/VOI)

Tercatat mulai Agustus 2020, Danang mengatakan Lion Air getol melakukan ekspansi rute domestik antara lain Medan Kualanamu-Bandung, Bandung-Denpasar, Denpasar-Medan Kualanamu, Balikpapan-Bandung, Bandung-Balikpapan, Makassar-Bandung, dan Bandung-Makassar.

Kemudian, Pekanbaru-Bandung, Bandung-Pekanbaru, Palembang-Bandung, dan Bandung-Palembang. Wings Air juga melakukan hal serupa dengan membuka rute Makassar-Tana Toraja, Makassar-Palu, Kupang-Ruteng, dan Kupang-Lewoleba.

Danang mengatakan kunci penting menjaga pangsa pasar adalah dengan kerja sama bersama fasilitas kesehatan untuk kemudahan layanan rapid test antibodi yang tahun lalu masih menjadi syarat penerbangan.

"Perubahan aturan perjalanan yang berbeda-beda kami sikapi dengan adaptif mengajak mitra menawarkan harga tes dengan tarif Rp95.000 per penumpang," tuturnya.

Lebih lanjut, Danang mengatakan Mbak untuk 2020, ada 97 titik lokasi layanan rapid test antibodi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setiap penumpang akan memperoleh surat keterangan hasil uji kesehatan secara elektronik (digital) dan terintegrasi dengan platform kartu kewaspadaan kesehatan elektronik atau electronic Health Alert Card (eHAC) sebagai salah satu kelengkapan dokumen penerbangan.