Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengaku tak memikirkan mengenai market share atau pangsa pasar di tengah ekspansifnya para pesaing merilis maskapai dan rute-rute baru. Alasannya, kata Irfan, karena Garuda lebih memilih untuk fokus ke profitabilitas.

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah penumpang full service baik Garuda Indonesia maupun Batik Air turun sejak 2019. Pada 2020, penurunan semakin tajam dan Garuda yang sebelumnya menjadi pemimpin pada pasar full service harus lengser digantikan Batik Air. Kontraksi terus berlanjut hingga tahun lalu yang menyebabkan Garuda semakin tertinggal.

"Pandemi COVID-19 mengajarkan kita banyak hal, salah satunya adalah kita mau fokus di mana. Kami beranggapan bahwa sebaiknya kita fokus ke profitability bukan ke market share. Dengan harapan tentu saja dari waktu ke waktu, tentu saja akan kita jaga soal market share ini," katanya kepada VOI, saat ditemui di Kantor Garuda Indonesia, dikutip Rabu, 8 Juni.

Lebih lanjut, Irfan juga mengatakan bahwa memiliki area bermain sendiri dalam industri penerbangan di Tanah Air. Hal ini yang menjadi pembeda antara Garuda dengan maskapai lainnya. Dimana Garuda juga menjaga tarif tiket tanpa harus jor-joran bersaing tarif tiket murah dengan maskapai lain.

"Jadi Anda mesti tahu bahwa Garuda itu memang playing fields berbeda dengan kompetitor kita. Jadi jangan juga diharapkan kemudian Garuda akan mengkomoditisasi produk-produknya atau layanan-layanannya atau harganya untuk kemudian berkompetisi pada tataran di mana diturunkan playing fields kita," jelasnya.

"Tapi kalau kita ngomong market share kita ngomong group ya, termasuk dalam hal ini Citilink. Jadi wait and see saja," sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, pandemi COVID-19 tak membuat persaingan antara Garuda Indonesia dengan Lion Air Group melemah. Persaingan antara maskapai ini masih tetap tinggi, meskipun industri penerbangan babak belur tertekan pandemi pada 2020.

Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Lion Group ternyata berhasil mengungguli Garuda Indonesia di ranah rute domestik sepanjang 2020. Maskapai di bawah komando Rusdi Kirana mencatat kinerja lebih baik, dilihat dari pangsa pasar dan jumlah penumpang yang sudah dilayani.

Seperti diketahui, pandemi COVID-19 yang masuk ke Tanah Air pada 2 Maret 2020 membuat pemerintah menutup akses masuk bagi warga negara asing (WNA). Sehingga, industri penerbangan hanya melayani rute domestik.

Secara kumulatif, Lion Air Group yang terdiri dari tiga maskapai yakni Lion Air, Batik Air, dan Wings Air berhasil mengangkut hingga 21,48 juta penumpang atau memiliki pangsa pasar hingga 60,6 persen.

Namun, jika melihat secara tahunan (year on year/yoy) capaian tersebut anjlok hingga 46,2 persen. Meski begitu, angka itu tidak buruk. Sebab, capaian tersebut menggambarkan Lion Group berhasil meyakinkan mayoritas penumpang angkutan udara selama pandemi untuk menggunakan layanan mereka.

Sementara, Garuda Indonesia dan Citilink Indonesia hanya berhasil mengangkut penumpang sebanyak 10,04 juta orang dengan pangsa pasar sebanyak 28,3 persen. Pangsa pasar mereka justru menurun dibandingkan dengan realisasi 2019 yang sebesar 34,5 persen.