Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di Indonesia, Bahli Bakal ke Taiwan Buat Rayu Lagi
Foto: Istimewa

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia buka-bukaan soal investasi perusahaan manufaktur asal Taiwan Hon Hai Precision Industry Co.Ltd atau Foxconn.

Dia bilang, membutuhkan usaha yang luar biasa besar untuk membawa Foxconn masuk ke Indonesia.

Bahkan, Balil mengaku investasi Foxconn menjadi pekerjaan terberatnya selama menjabat sebagai Menteri Investasi. Hingga saat ini pihaknya masih melakukan negosiasi.

Seperti diketahui, Foxconn dijawalkan meletakkan batu pertama atau groundbreaking pada awal 2023. Namun, hingga kini rencana pembangunan pabriknya di Indonesia belum terealisasi.

“Saya harus jujur mengatakan bahwa salah satu PR (pekerjaan rumah) pekerjaan saya yang paling besar itu adalah Foxconn. Ini masih negoisasi terus,” kata Bahlil, di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Senin, 29 April.

Karena itu, Bahlil mengatakan akan berangkan ke markas Foxconn untuk membicarakan investasi ini. Meski begitu, Bahlil tidak mengungkapkan masalah utama penyebab investasi Foxconn belum terealisasi.

“Saya dalam waktu dekat akan kami berangkat dan saya tidak ingin PR ini menjadi hal yang tertunda. Jujur urusan Foxconn ini butuh effort yang luatr biasa, saya tidak mungkin menjelaskan apa problem-nya tapi jelasnya ada satu, dua yang harus saya cocokakan dengan apa yang mereka ajukan,” jelasnya.

Bahlil berharap, target membawa Foxconn ke dalam negeri dapat terkejar sebelum peralihan pemerintahan.

Apalagi, kata dia, investasi Foxconn juga menjadi perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Doakan insyaAllah akan bisa selesai. Karena itu mimpi saya, karena itu adalah perintah Bapak Presiden Jokowi. Foxconn jadi salah satu investor yang kami inginkan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan bahwa perusahaan tersebut menyumbang 10 sampai 15 persen total ekspor China bagi dunia. J

ika Foxconn bisa masuk ke Indonesia, kata dia, ini akan berdampak positif untuk Tanah Air.

“Karena mereka salah satu perusahaan terbesar di dunia, 10 hingga 15 persen produknya memberikan kontribusi ekspor China. Itu luar biasa. Kalau itu masuk ke Indonesia, wah top itu,” jelasnya.