Proyek Hilirisasi Indonesia ‘Dikuasai’ Investor Asing, Bahlil: Perusahaan Lokal Sulit Dapat Pembiayaan Perbankan
Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono. (Foto: Theresia Agatha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengakui proyek hilirisasi di Indonesia didominasi oleh investor asing, dibandingkan dengan pengusaha lokal.

Kata Bahlil, tingginya investasi asing di sektor hilirisasi ini terlihat dari investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke Indonesia.

Di mana sebesar 55,1 persen masuk ke sektor manufaktur, khususnya proyek hiliriasasi.

Sementara berdasarkan data yang dipaparkan Bahlil, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar 53 persen masuknya justru ke sektor jasa.

“Jadi memang sektor hilirisasi ini lebih banyak didorong oleh FDI kita, PMA. Ini komposisinya, kalau manufakturnya, industri nya 55,1 persen ini berbanding terbalik dengan PMDN. PMDN kita 53 persen adalah jasa,” kata Bahlil dalam konferensi pers, di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Senin, 29 April.

Sulit Akses Pembiayaan

Bahlil mengungkapkan, penyebab proyek hilirisasi lebih banyak didominasi pengusaha asing, salah satunya karena terhambat akses pembiayaan.

“Kalau teman-teman para pakar ekonomi mengatakan kenapa hilirisasi hanya dimanfaatkan oleh lebih banyak asing, ini PR kita. PR kita di mana? Pertama perbankan kita harus terbuka untuk pembiayaan kepada sektor hilirisasi,” ujarnya.

Bahlil bilang, pengusaha di dalam negeri kesulitan mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan untuk masuk ke proyek hiliriasasi.

“Selama perbankan kita tidak merespons sebagai bagian terpenting dalam mendapatkan kesempatan baru, dia mau konvensional saja, maka pasti PMA-nya lebih banyak manufaktur,” katanya.

Karena itu, menurut Bahlil, pengusaha asing memiliki akses pembiayaan yang lebih mudah untuk masuk ke proyek hilirisasi. Bahlil juga berharap hal itu diterapkan perbankan di Indonesia.

“Saya pastikan kalau kreditnya di luar, pasti mereka dana hasil ekspor dari komoditasnya akan menyelesaikan cicilan pokok tanpa bunga dari pinjaman asal di mana negara itu ada,” jelasnya.

“Jadi kalau mau utuh DHE (devisa hasil ekspor) kita dari hasil produksi hilirisasi, maka perbankan nasional kita harus mau untuk membuka diri dalam memberikan kredit kepada nasabah-nasabahnya,” sambungnya.

Berdasarkan data Kementerian Investasi, realisasi investasi di proyek hilirisasi pada kuartal I-2024 mencapai Rp75,8 triliun.

Rinciannya, proyek pertambangan mineral nilainya mencapai Rp43,2 triliun, yang mencakup investasi pada pertambangan nikel sebesar Rp33,4 triliun, tembaga Rp8,4 triliun, dan bauksit Rp1,4 triliun.

Kemudian, pada sektor kehutanan Rp13,3 triliun, yang mencakup investasi pada industri pulp and paper.

Selanjutnya, pada sektor pertanian Rp11,1 triliun, khususnya untuk industri minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

Lalu, pada industri minyak dan gas Rp7,4 triliun (petrokimia), dan ekosistem kendaraan listrik khususnya pabrik baterai kendaraan listrik Rp800 miliar.

Terkait