JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) Sunarso mendorong pelaku usaha perbankan di Tanah Air untuk bisa menyalurkan kredit paling tidak sebesar Rp1.000 triliun pada sepanjang 2021 untuk dapat memberikan kontribusi terhadap pemilihan ekonomi.
“Tapi masalahnya sekarang adalah bagaimana menumbuhkan permintaan kredit ini? Mengingat, berbagai upaya dilakukan oleh stakeholder, oleh regulator, oleh pemerintah (namun angka kredit masih belum tumbuh signifikan),” ujar bankir yang juga tercatat sebagai Direktur Utama BRI dalam sebuah webinar, Kamis, 4 Februari.
Sunarso mencatat, Bank Indonesia selaku otoritas moneter bahkan terus memberikan dukungan melalui penurunan suku bunga acuan secara gradual hingga level 3,5 persen.
“Kami kemudian mentransmisikan hal tersebut melalui pemotongan suku bunga di BRI sebesar 350 basis poin pada 28 Februari dengan skenario kredit bisa naik,” tuturnya.
Hal lain yang menjadi tantangan menurut Sunarso adalah apakah penurunan suku bunga dapat benar-benar menggenjot kredit.
“Ternyata berdasarkan data yang kami himpun penurunan bunga kredit tidak serta-merta bisa menaikan permintaan,” imbuhnya.
Sebagai contoh, saat awal Kredit Usaha Rakyat (KUR) digulirkan yakni sekitar 2015, bunga yang dikenakan kepada nasabah sebesar 22 persen. Kala itu, pertumbuhan KUR mencapai double digit, bahkan sempat menyentuh level 22 persen hingga 25 persen.
Mendapati KUR direspon baik masyarakat, pemerintah pada tahun-tahun berikutnya lalu memberikan stimulus dengan memotong besaran bunga menjadi 15 persen. Tidak hanya itu, negara lalu mensubsidi biaya bunga 5 persen, sehingga nasabah hanya perlu membayar bunga sebesar 7 persen.
“Tapi apa yang terjadi? Pertumbuhan KUR hanya single digit, dan hanya bisa double digit pada 2018 saja. Oleh karena itu, penurunan bunga bukan satu-satunya cara untuk bisa menaikan permintaan kredit,” kata dia.
BACA JUGA:
Adapun, cara yang paling efektif menurut Sunarso adalah dengan mempertahankan atau bahkan meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat.
“Analisa lain kami menyebut kunci peningkatan kredit adalah dengan daya beli dan konsumsi rumah tangga. Nah, sekarang bagaimana bisa menaikkan dua hal tersebut? Yang paling relevan adalah dengan memberikan lapangan pekerjaan kepada rakyat agar punya penghasilan,” jelasnya.
Untuk itu dia mendukung langkah pemerintah yang berniat melanjutkan kembali pembangunan sejumlah proyek infrastruktur yang sempat terkendala akibat dampak pandemi. Pasalnya, penggarapan berbagai sarana infrastruktur bisa menjadi jalan keluar tersendiri dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengumumkan bahwa target intermediasi pada 2021 sebesar 7,5 persen plus minus 1 persen. Angka itu terbilang cukup agresif bila merujuk pada realisasi 2020 yang diketahui terkontraksi minus 2,41 persen.
Adapun, rerata proyeksi pertumbuhan kredit yang tertera dalam rencana bisnis bank (RBB) sebesar 7,13 persen. Sementara Bank Indonesia meramal bahwa pertumbuhan bisa mencapai 7 hingga 9 persen.