Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Timah Tbk Ahmad Dani Virsal mengungkapkan alasan perusahaannya mengalami kerugian hingga Rp450 miliar kepada Komisi VI DPR RI. Padahal sebelumnya pada tahun 2022 PT Timah meraup laba sebesar Rp1,04 triliun dan di tahun 2022 sebesar Rp1,3 triliun.

Dani menjelaskan, kinerja keuangan perusahaan yang anjlok ini disebabkan oleh penurunan produksi bijih timah sebesar 26 persen menjadi 14.855 ton dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 20.079 ton.

"Tahun 2022 itu juga lebih rendah dibandingkan 2021. Jadi tiga tahun terakhir terus turun (produksi)," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Selasa 2 April.

Ia juga menyebut produksi logam timah pada tahun 2023 juga tercatat hanya sebesar 15.340 metrik ton (MT) atau mengalami penurunan sebesar 23 persen dibandingkan 2022 yang mencapai 19.825 MT ataupun 2021 sebesar 26.465 MT.

Di sisi lain penjualan timah juga anjlok 31 persen dari 20.805 MT pada 2022 menjadi hanya sebesar 14.385 MT tahun 2023 lalu.

Adapun harga rerata logam timah juga mengalami penurunan menjadi sebesar 26.583 dolar AS per metrik ton.

Penurunan produksi dan harga timah ini kemudian berimbas pada kinerja keuangan perusahaan yang tercatat hanya membukukan pendapatan sebesar Rp8,3 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp12,5 triliun.

"Dari sisi kinerja keuangan karena ada penurunan volume penjualan logam dan karena ada penurunan harga jual logam, maka pendapatan perusahaan juga menurun. Jadi beban peak-nya tetap, costnya tetap, tapi pendapatan kita jauh menurun karena produksinya juga menurun," tutur dia.