Bagikan:

JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (Persero) meminta pemerintah untuk melanjutkan kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT) atau gas murah industri di tahun depan demi ketahanan pangan nasional.

Sekadar informasi, harga gas murah industri merujuk HGBT ini adalah 6 dolar AS per MMBTU untuk industri. Salah satu yang mendapatkannya adalah industri pupuk.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi bilang bahwa harga gas sangat berpengaruh pada biaya produksi dan juga harga jual pupuk.

“Kalau harga gas, dampaknya pada harga pupuk naik. Kalau harga pupuk naik dampaknya ada dua; kalau pupuk subsidi maka tagihan pupuk subsidi meningkat, kalau non subsidi, maka harga pupuk yang dibeli petani meningkat,” ungkap Rahmad dalam Media Gathering, di Jakarta, dikutip Selasa, 19 Maret.

Jika harga pupuk naik lebih cepat dari harga komoditas, sambung Rahmad, maka akan ada penurunan penggunaan pupuk. Alhasil, produktivitas pertanian juga akan ikut turun.

Lebih lanjut, Rahmad bilang bahwa hal tersebut jadi rantai dampak yang panjang. Karena itu, Rahmad menilai ada kaitannya harga gas murah untuk industri pupuk terhadap ketahanan pangan nasional.

“Menurut kami HGBT memiliki dampak langsung terhadap (upaya) mencapai ketahanan pangan nasional. Oleh karenaya kami harap HGBT dilanjutkan,” tuturnya.

Rahmad mengaku mendapatkan infromasi bahwa pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Keuangan, dan Kementerian Pertanian dan SKK Migas bersepakat melanjutkan kebijakan gas murah industri.

“Semua bersepakat untuk kepentingan ketahanan pangan nasional, HGBT InsyaAllah akan diteruskan,” tuturnya.