Bagikan:

JAKARTA - Dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) untuk menutup cost overrun atau pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) telah cair.

Total dana yang didapat dari pinjaman tersebut mencapai Rp6,9 triliun. Lalu berapa bunga dari pinjaman tersebut?

Staf Khusus (Stafsus) Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengatakan fasilitan pinjaman dari CDB ini ada dua. Untuk pinjaman dalam bentuk dolar AS, bunganya mencapai 3,2 persen. Sementara, untuk pinjaman dalam bentuk renminbi bunganya mencapai 3,1 persen.

“Bunganya untuk dolarnya 3,2 persen. Kalau untuk yang RMB-nya range-nya itu 3,1 persen,” tuturnya saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Rabu, 21 Februari.

Arya meyakini PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI sebagai pemimpin konsorsium BUMN dalam proyek KCJB bisa mengembalikan pinjaman dari CDB. Apalagi, kata dia, moda transportasi tersebut ramai.

“Balik. Sekarang tuh yang naik Whoosh banyak,” jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI resmi menerima pencairan pinjaman atau loan dari CDB untuk menutup cost overrun biaya proyek KCJB.

Dana yang didapat dari CDB ini sebesar 448 milar dolar AS atau setara Rp6,99 triliuan (asumsi kurs Rp15.626 per dolar AS).

Berdasarkan fakta material yang disampaikan KAI kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), pencairan pinjaman dari CDB tersebut sudah diterima KAI pada 7 Februari lalu. Dijelaskan juga bahwa pencairan pinjaman diterima PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan dua mata uang berbeda yakni dolar AS dan Yuan China (CNY).

Rinciannya, fasilitas A sebesar 230.995.000 dolar AS. Kemudian, fasilitas B RMB Ekuivalen 217.080.000 dolar AS atau 1.542.787.560 CNY rate 1/7,107 tanggal 5 Februari 2024.

“Pencairan tersebut langsung diteruskan ke PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) pada tanggal 7 Februari 2024,” ujar Executive Vice President of Corporate Secretary Raden Agus Dwinanto Budiadji dalam keterbukaan informasi publik BEI, dikutip Selasa, 13 Februari.

Sekadar informasi, PSBI merupakan konsorsium BUMN di proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Konsorsium itu terdiri dari empat BUMN, yakni KAI, PT Wijaya Karya (Persero) tbk atau WIKA, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) atau PTPN VIII.

Dalam konsorsium itu, KAI menjadi pemegang saham mayoritas.