Bagikan:

JAKARTA - Harga beras saat ini melambung tinggi. Penguasaan pasar beras oleh segelintir perusahaan besar disinyalir jadi penyebab harga beras tak kunjung turun meski pemerintah rajin impor jutaan ton beras.

Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menjelaskan, harga beras yang tinggi saat ini disebabkan oleh pasokan yang terbatas.

Di samping itu, dominansi pasar beras di dalam negeri dikuasai oleh segelintir konglomerat, alih-alih dikuasai oleh negara lewat Perum Bulog.

"Penyebabnya karena pasokan beras kurang di pasar global dan nyata adanya mafia (9 naga) untuk bahan pangan di Indonesia," kata Esther kepada VOI, Senin, 12 Februari.

Esther menilai, mafia 9 naga tersebut berasal dari sektor swasta. Meski begitu, dia tak dapat membeberkan daftar namanya lantaran tak memiliki data yang akurat.

"Saya tidak tahu siapa saja mafianya karena saya enggak ada datanya," ujar dia.

Selain itu, kata Esther penyebab lain yang membuat harga beras melambung tinggi saat ini adalah Indonesia yang masih ketergantungan impor beras. "(Penyebab lainnya) Indonesia impor beras dari negara lain," tuturnya.

Lebih lanjut, Esther mengungkapkan ada sejumlah solusi jangka panjang yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah dengan menggenjot produksi beras dalam negeri.

"Solusi peningkatan produksi beras dalam negeri (dapat dilakukan) melalui tiga (3) strategi, yakni regulasi yang kondusif untuk pembangunan sektor pertanian, peningkatan kapasitas marketing dan menciptakan alternatif penghidupan untuk petani sehingga mereka punya pendapatan sampingan," imbuhnya.

Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Senin, 12 Februari 2024, pukul 17.45 WIB, harga beras premium maupun medium kembali bergerak naik menjauhi harga eceran tertinggi (HET).

HET beras yang dipatok pemerintah yakni sebesar Rp10.900 hingga Rp11.800 per kilogram untuk beras medium, sedangkan beras premium Rp13.900 hingga Rp14.800 per kilogram.

Harga beras premium sore ini tercatat naik 0,77 persen menjadi Rp15.750 per kilogram dan beras medium naik 0,88 persen menjadi Rp13.830 per kilogram.

Tingginya harga beras juga dirasakan oleh peritel. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan, pihaknya mulai kesulitan mendapatkan pasokan beras jenis premium kemasan 5 kilogram.

Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey mengatakan, saat ini produsen beras telah menaikkan harga belinya, lantaran masa panen padi diprediksi berlangsung pada Maret 2024 dan impor beras belum masuk sepenuhnya.

Selain itu, ketersediaan pasokan dan permintaan yang tidak seimbang ini telah memicu kenaikan harga beras pada pasar ritel dan pasar rakyat. "Peritel mulai kesulitan mendapatkan suplai beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kilogram," kata Roy dalam keterangan tertulisnya.

Oleh karena itu, asosiasi peritel memohon pertimbangan pemerintah untuk merelaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) dan harga acuan beberapa komoditas pangan yang berpotensi mengalami kenaikan pada Februari 2024 ini.

Adapun komoditas yang dimaksud seperti beras, gula, minyak goreng dan lain sebagainya.