JAKARTA - Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Hasbiallah Ilyas menyoroti kasus pengoplosan beras Bulog dijual premium yang jadi temuan sidak Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur.
Dalam rapat kerja Komisi B bersama jajaran PT Food Station Tjipinang Jaya, Hasbi mengaku dirinya mengetahui siapa pihak yang bermain dalam pengoplosan beras tersebut.
"Saya paham benar, Pak, siapa orang-orang mafia berasnya di DKI ini. Saya sangat tahu, kemarin, yang beras dioplos itu punya siapa," kata Hasbi di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu, 8 Februari.
Hasbi menyebut penyelewengan penjualan beras bukanlah kesalahan Food Station semata, melainkan ada kecurangan pendistribusian beras milik swasta dan Bulog.
Kondisi ini mengakibatkan pedagang mendapatkan beras dengan harga mahal dan akhirnya, mereka melakukan pengoplosan beras tersebut. Namun, Hasbi enggan membeberkan siapa mafia beras yang dimaksud.
"Memang ini bukan murni kesalahan Food Station, tapi memang dari atasnya ini, dari Bulog. seharusnya kapasitas (beras) ini diberikan sekian untuk perusahaan A, tapi dipotong separuh. Ini yang menyebabkan terjadi pengoplosan beras yang punya bulog dengan barang premium itu," ucap Hasbi.
Namun, setidaknya, Food Station harus bisa meredam permainan mafia pada penjualan beras di wilayah DKI Jakarta, khususnya Pasar Induk Beras Cipinang yang mereka kelola.
Hasbi meminta Dirut Food Station Pamrihadi Wiraryo untuk mengidentifikasi mafia beras dan mengantisipasi hal itu.
"Paling tidak, bapak ini harus bisa mengantisipasi, harus paham bener nih mafia mafia beras, pemain berasnya. Kalau selama ini bapak hanya kerja normal, sampai kita mati masalah mafia beras ini juga enggak selesai," cecarnya.
Pada 3 Februari lalu, Dirut Bulog Budi Waseso (Buwas) melakukan sidak gudang beras di Pasar Induk Beras Cipinang. Saat sidak, Buwas sapaan akrab Budi Waseso menemukan dua gudang pedagang beras yang diduga melakukan penyelewengan terhadap beras Operasi Pasar Bulog.
Dari ketiga gudang yang didatangi, ditemukan dua pedagang yang melakukan pengemasan ulang beras ukuran 50 kilogram (kg).
“Maka berapapun kita gulirkan enggak ada manfaatnya, karena harga tetap tinggi. Dari Bulog beli Rp8.800, dipindah ke karung premium merek lain dijual Rp12.000. Karena diangap ini produksi dalam negeri,” ujar Buwas, di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat, 3 Februari.
Selain dikemas menggunakan kemasan premium, kata Buwas, terdapat potensi pencampuran beras Bulog dengan beras lain. Dugaan ini akan dibuktikan kebenarannya melalui tes laboratorium.
BACA JUGA:
Adapun, hasil dari laboratorium akan diberikan ke Satuan Tugas (Satgas) Pangan untuk menindaklanjutinya. Buwas berharap Satgas Pangan dapat memberikan sanksi yang tegas kepada distributor yang nakal tersebut.
“(Beras) Karungnya Bulog dipindahkan ke karung yang beda. Jadi harga jualnya tinggi. Perlu ada pengawasan,” ujarnya.