Soal Dugaan Praktik Kecurangan Penjualan Beras Temuan Bulog, Satgas Pangan: Tunggu Hasil Laboratorium
Kepala Subbagian Satgas Pangan, Kombes Iksantyo Bagus Pramono. (Foto: Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri angkat bicara mengenai temuan dugaan praktik kecurangan penjualan beras operasi pasar Bulog di Pasar Cipinang.

Laporan tersebut sudah ditindaklanjuti dan saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan beras dari laboratorium.

Seperti diketahui, Dirut Perum Bulog menemukan pelanggaran penjualan beras operasi pasar oleh distributor di Pasar Cipinang.

Kecurangan tersebut yakni ptaktik oplos beras hingga mengganti merek atau repackaging.

Kepala Subbagian Satgas Pangan, Kombes Iksantyo Bagus Pramono mengatakan, pemeriksaan sejumlah saksi untuk mendalami temuan oleh Bulog juga masih dilakukan.

Iksantyo mengatakan, pihaknya juga telah mengecek di laboratorium untuk membuktikan apakah beras Bulog ikut dioplos atau tidak.

“Hasil laporan dari beliau (Dirut Perum Bulog Budi Waseso) kita tindaklanjuti yang di Cipinang, sementara kita lakukan pemanggilan kepada yang ditemukan di situ orangnya, kemudian saksi-saksi sudah kita panggil. Beras yang ada itu yang kita amankan itu kita berikan ke lab," tuturnya ditemui usai meninjau operasi pasar beras di retail modern Hypermart Puri Indah, Kembangan, Jakarta Barat, Rabu, 8 Februari.

Iksantyo mengataka praktik oplos beras umum dilakukan. Namun, kata dia, khusus beras Bulog yang digunakan untuk stabilisasi pasokan dan harga tidak diperbolehkan dioplos.

“Jadi sementara sabar dulu. Nanti akan kita umumkan karena itu harus berdasarkan hasil lab. (Hasilnya) nanti kita umumkan lagi,” jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso atau Buwas melakukan sidak ke Gudang Beras PT Food Station di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) pada Jumat, 3 Februari.

Dalam pantauan VOI di lokasi, Buwas mendatangi tiga gudang milik pedagang di kawasan Pasar Induk Beras Cipinang. Dari ketiga gudang yang didatangi, ditemukan dua pedagang yang melakukan pengemasan ulang beras ukuran 50 kilogram (kg).

“Maka berapapun kita gulirkan enggak ada manfaatnya, karena harga tetap tinggi. Dari Bulog beli Rp8.800, dipindah ke karung premium merek lain dijual Rp12.000. Karena diangap ini produksi dalam negeri,” ujar Buwas, di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat, 3 Februari.

Selain dikemas menggunakan kemasan premium, kata Buwas, terdapat potensi pencampuran beras Bulog dengan beras lain. Dugaan ini akan dibuktikan kebenarannya melalui tes laboratorium.

Buwas juga menemukan beras diecer dalam ukuran 5kg. Kerena itu, Buwas mengaku akan berkoordinasi dengan Food Station (FS) untuk tidak memperbolehkan distributor yang berada di gudangnya mengemas beras Bulog ke dalam kemasan 5 kg.

“Itu kan saya bilang, saya minta Food Station yang ngawasin sendiri. Ini kan wilayahnya Food Station, dia yang punya tanggung jawab. Di sisi lain, ada Satgas pangan,” ucapnya.