Bagikan:

JAKARTA - Di tengah suku bunga tinggi, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berhasil mencatatkan kinerja yang positif yaitu kenaikan laba bersih sepanjang 2023 menjadi Rp20,9 triliun atau naik sekitar 14,2 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Namun, dengan efek bunga tinggi turut memangkas kemampuan BNI dalam meningkatkan pendapatan bunga bersih.

Sepanjang 2023, BNI mencatatkan pendapatan bunga bersih sebesar Rp41,27 triliun atau terkoreksi 0,1 persen secara tahunan (YoY). Hal tersebut terdampak dari beban bunga yang membengkak hingga 51,4 persen (YoY) menjadi Rp20,1 triliun.

Jika secara kuartalan, pendapatan bunga bersih justru terkoreksi lebih dalam hingga 3,8 persen. Pada kuartal ketiga 2023, pendapatan bunga bersih BNI mencapai Rp10,53 triliun sementara pada kuartal akhir 2023 menjadi Rp10,14 triliun.

Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menyampaikan adanya tren kenaikan suku bunga acuan telah mempengaruhi biaya bunga dana atau Cost of Fund (CoF) yang memang tengah mengalami tren peningkatan dan fenomena ini terjadi merata di industri perbankan.

“Namun di tengah kondisi tersebut, CoF dapat dijaga di kisaran 2,2 persen, secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi di atas 3 persen," Ucap Novita dalam konferensi pers, dikutip Minggu 28 Januari.

Novita mengatakan di tengah berbagai tantangan eksternal di tahun 2023, terutama terkait dengan peningkatan risiko geopolitik, tingginya inflasi dan suku bunga global khususnya di Amerika Serikat, dan perlambatan ekonomi di Tiongkok, pihaknya telah mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga kinerja tetap solid dan memberikan return yang optimal bagi para shareholders.

Meskipun demikian, penurunan Net Interest Margin (NIM) milik BNI menjadi salah satu rasio profitabilitas BNI yang tak bisa dihindarkan. Di mana, perseroan mencatatkan NIM 4,6 persen dari tahun sebelumnya 4,8 persen.

Novita menjelaskan, pendapatan non-bunga atau non-interest income bisa terus memberikan dorongan positif pada profitabilitas sepanjang 2023. Pencapaian pendapatan non bunga satu tahun penuh sebesar Rp21,47 triliun atau tumbuh 6,6 persen (yoy).

Novita menyampaikan capaian tersebut didorong oleh kebutuhan transaksi dari segmen business banking dan consumer yang dapat dijawab oleh berbagai channel digital sehingga memberikan kontribusi pendapatan yang konsisten bagi BNI.

“Dengan Demikian laba bersih BNI pada tahun buku 2023 tercatat sebesar Rp20,9 triliun, atau tumbuh 14,2 persen (yoy),” tuturnya.

Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja mengungkapkan capaian laba bersih BNI sedikit di bawah ekspektasi konsensus, tetapi pertumbuhan kredit sejalan dengan guidance manajemen.

"Kami melihat NII turun akibat lonjakan beban bunga sebesar 51,4 persen YoY imbas kenaikan cost of fund ke level 2,2 persen dibandingkan 2022 1,5 persen, sehingga menutup kenaikan pendapatan bunga sebesar 12,5 persen (YoY) . Hal ini membuat Net Interest Margin (NIM) turun menjadi 4,6 persen dibandingkan 2022 4,8 persen," jelasnya dalam risetnya, dikutip Minggu 28 Januari.

Rahmanto menyampaikan Ke depannya, melihat bahwa potensi penurunan suku bunga pada 2024 dapat menjadi sentimen positif untuk menurunkan beban bunga.

Hanya saja, ia mengingatkan bahwa saat ini posisi likuiditas BNI tergolong ketat tercermin dari rasio LDR BNI yang ada di posisi 85,8 persen, naik dari posisi akhir 2022 di level 84,2 persen membuat potensi pertumbuhan kredit pada 2024 akan menjadi lebih terbatas

“Manajemen BBNI sendiri menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 9 persen — 11 persen pada 2024, lebih rendah dari target pertumbuhan kredit industri perbankan pada 2024 yang ditargetkan tumbuh sebesar 10 persen — 12 persen oleh Bank Indonesia,” ujarnya.