JAKARTA - Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai hubungan yang tegang antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan China diperkirakan akan terus berpengaruh pada ketidaktentuan perekonomian global.
"Jadi saya merasa Trump mempunyai hubungan buruk dengan China yang berimpact pada ketidaktentuan perekonomian global," jelasnya kepada VOI, Minggu, 10 November.
Menurut Huda perekonomian China akan semakin tertekan dan menyebabkan ekonomi negara lain juga terhambat termasuk ekonomi Indonesia.
Huda menyampaikan kebijakan "America First" yang diterapkan oleh Donald Trump diperkirakan dapat menekan arus masuk produk ke pasar domestik AS. Salah satunya sektor yang berpotensi terdampak adalah industri tekstil Indonesia, yang menghadapi tantangan besar.
Di sisi lain, meskipun kepemimpinan Partai Demokrat saat ini tengah berusaha mendorong pemulihan daya beli masyarakat, namun masih tertekan oleh beberapa faktor diantaranya inflasi global dan kondisi geopolitik sehingga daya beli konsumen semakin tergerus.
Menurut Huda pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit untuk tumbuh secara optimal karena faktor ekonomi global yang memanas dan saling blokade perdagangan.
"Sama seperti periode pertama Trump pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di angka 5 persen secara rata-rata," ujarnya.
Huda menjelaskan perang dagang antara China dengan AS membuat permintaan barang dari negara lain untuk masuk ke dua negara tersebut akan terhambat. Sehingga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dari sisi perdagangan luar negeri.
"Kita lihat bagaimana kebijakan Trump edisi pertama, dimana saat itu Trump menurunkan tarif pajak perusahaan secara drastis. Dampaknya saat itu adalah tingkat inflasi yang meningkat yang pada akhirnya membuat suku bunga The Fed terjadi kenaikan meskipun tidak naik secara drastis untuk menanggulangi inflasi yang meningkat," tuturnya.
Huda menjelaskan pada akhirnya kenaikan suku bunga The Fed akan membuat aliran uang masuk ke AS cukup besar dan akan membuat pergerakan rupiah akan tertekan, dan suku bunga acuan bisa naik kembali.
SEE ALSO:
"Harga saham dalam negeri bisa melemah karena sentimen negatif kenaikan suku bunga acuan dalam negeri, investasi akan terhambat," pungkasnya.