Bagikan:

JAKARTA - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) memandang ketiga kandidat calon wakil presiden (cawapres) hanya sibuk berbicara soal ketahanan pangan tanpa memikirkan konsep kedaulatan pangan itu sendiri.

Manajer Kampanye Hutan dan Kebun Walhi Uli Arta Siagian menyebut, seluruh cawapres belum memikirkan soal mode produksi apa yang akan digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan secara nasional tersebut.

"Mode ketahanan pangan inilah yang mendorong terbangunnya pembangunan pangan berskala besar seperti food estate. Karena (pemerintah) enggak peduli siapa yang menyediakan pangan itu dan enggak peduli, tuh, bagaimana keselamatan ekosistem yang sebenarnya," ujar Uli dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 23 Januari.

"Jadi, belum ada konsep kedaulatan pangan yang muncul dari ketiga cawapres karena kedaulatan pangan ini yang paling penting sebenarnya," sambungnya.

Uli mengatakan, sedikitnya ada 10 prinsip yang harus dijamin ketika pemerintah sudah membicarakan soal kedaulatan pangan.

Dua di antaranya adalah terkait pelaku food estate itu sendiri dan alat produksi yang dipakai.

"Prinsip pertama adalah pelaku. Pelaku utama dalam penyediaan pangan ini bukan hanya korporasi, faktanya makanan yang ada di meja makan kami sebagian besar diproduksi oleh tangan-tangan petani," kata dia.

Menurut dia, selama ini bukan korporasi-korporasi besar yang menguasai lahan sangat luas dan kemudian menghasilkan pangan.

"Karena hampir sebagian besar sebenarnya lahan-lahan besar yang dikuasai itu jatuhnya kepada industrialisasi pangan, bukan pangan yang berada langsung di depan meja makan," ucap Uli.

Prinsip kedua adalah terkait alat produksi yang dipakai, termasuk di dalamnya adalah tanah.

"Enggak akan mungkin kami ngomongin soal kedaulatan pangan kalau kemudian lahan pertanian itu selalu dihilangkan oleh pemerintah lewat kebijakannya. Apa itu? Misalnya mengalihfungsikan lahan pertanian menjadi perkebunan sawit atau lahan-lahan produksi pangan itu dijadikan konsensi tambang," ungkapnya.

Uli menilai, apabila pemerintah terus-menerus hanya fokus pada food estate itu sendiri, Indonesia dikhawatirkan tidak akan memiliki ketahanan pangan yang sesungguhnya ke depan

"Jadi, ini sebuah hal yang kontradiktif. Di satu sisi kami ngomongin soal hilirisasi terus menerus misalnya, tapi di sisi lain kami ngomongin soal mimpi pangan. Ini enggak akan mungkin bisa sejalan karena pembesaran dari hilirisasi diharapkan akan mendorong pembesaran untuk eksploitasi barang material tambang lainnya," imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menyampaikan dirinya prihatin dengan adanya proyek food estate yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat abai dengan kondisi Petani saat ini.

"Kami sangat prihatin upaya pengadaan pangan nasional dilakukan melalui food estate itu terbukti mengabaikan petani kami, meninggalkan masyarakat adat, menghasilkan konflik agraria bahkan merusak lingkungan," kata Cak Imin dalam debat Cawapres kedua, Minggu, 21 Januari.

Adapun Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD menyampaikan bahwa lahan yang seharusnya ditanami singkong kekinian malah ditumbuhi jagung.

Hal ini disampaikan Mahfud lewat akun X resminya @mohmahfudmd. Mengawali cuitannya, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) itu menyebut Indonesia hebat seperti kolam susu.

"Indonesia hebat seperti kolam susu. Lah, menanam jutaan hektare singkong untuk food estate yang tumbuh jagung," tulis Mahfud.

Tak sampai di sana, Mahfud juga menyinggung jagung yang ditanam tidak semestinya. Ternyata, penanaman dilakukan dalam polybag yang olehnya ditulis goodie bag.

Mahfud menduga penanaman ini dilakukan karena kontur tanah di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, ternyata tak sesuai untuk komoditas pertanian.

"Eh ternyata jagungnya pun ditanam dengan goodie bag. Sebab, di tanah bergambut Gunung Mas tak mungkin tumbuh jagung," ucapnya.

Sementara itu, Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka sempat menyinggung program food estate yang sedang dijalankan pemerintahan Jokowi tak sepenuhnya gagal.

"Nomor satu dan tiga ini, kan, kompak food estate gagal. Saya tegaskan lagi, pak, memang ada yang gagal tetapi ada juga yang berhasil dan sudah panen," ujar Gibran saat debat cawapres.