JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat 5 Januari 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis 4 Januari, Kurs rupiah spot melemah 0,06 persen ke Rp15.491 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup melemah 0,19 persen ke level harga Rp15.525 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan risalah pertemuan kebijakan The Fed bulan Desember yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan para pejabat yakin bahwa inflasi telah terkendali dan khawatir terhadap risiko kebijakan moneter bank sentral yang terlalu membatasi terhadap perekonomian.
"Namun, tidak ada petunjuk pasti mengenai kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya, dan para pengambil kebijakan masih melihat perlunya pembatasan suku bunga untuk beberapa waktu ke depan," Jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Kamis 4 Januari.
Selain itu, data manufaktur AS mengalami kontraksi lebih lanjut pada bulan Desember, meskipun laju penurunannya melambat, sementara lowongan pekerjaan AS turun untuk bulan ketiga berturut-turut pada bulan November, menunjukkan berkurangnya kondisi pasar tenaga kerja.
Data terbaru yang menunjukkan melemahnya perekonomian AS terus mendukung spekulasi penurunan suku bunga The Fed tahun ini seiring dengan terkendalinya inflasi.
Namun, meningkatnya ekspektasi terhadap skenario soft-landing di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini telah membuat para pedagang terpecah mengenai kecepatan dan skala pelonggaran dari bank sentral AS.
Ibrahim menyampaikan penilaian pasar saat ini menunjukkan sekitar 72 persen kemungkinan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya pada bulan Maret, dibandingkan dengan peluang 90 persen pada minggu lalu, menurut alat CME FedWatch.
"Laporan nonfarm payrolls AS yang diawasi ketat akan dirilis pada hari Jumat, yang kemungkinan akan memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai seberapa besar ruang yang dimiliki The Fed untuk menurunkan suku bunganya," Jelasnya.
Dari sisi internal, banyak yang memprediksi, utang pemerintah tahun 2024 akan tembus Rp8.600 triliun. Hal tersebut bisa terlihat dari besaran utang jatuh tempo dan beban bunga utang yang sebagian akan dibayar dengan penerbitan utang baru. Selain itu utang pemerintah tercatat Rp8.041 triliun per November 2023.
Walaupun demikian, pemerintah tampak nyaman dengan porsi 90 persen utang berbentuk surat berharga negara (SBN) dengan bunga relatif tinggi di pasar. Padahal, beban bunga utang yang meningkat akan menyebabkan penyempitan ruang fiskal. Tidak semua utang digunakan untuk belanja produktif.
Pembayaran bunga dan pokok utang jatuh tempo lewat penerbitan utang baru membuktikan bahwa utang digunakan juga untuk hal yang sifatnya non produktifproduktif.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, buka suara soal utang pemerintah yang tembus Rp 8.041 triliun per November 2023.
BACA JUGA:
Berbagai indikator portofolio utang justru menunjukkan kinerja utang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, rasio utang terhadap produk domestik bruto alias debt to GDP ratio mengalami perbaikan signifikan.
Adapun rasio utang terhadap PDB per akhir November tercatat 38,11 persen. Angka tersebut turun dari posisi Desember 2022 yang sebesar 39,7 persen.
Sedangkan dari sisi indikator risiko mata uang alias currency risk, proporsi utang Indonesia dalam valuta asing (valas) juga terus menurun. Suminto mencatat, pada 2019 sebelum pandemi, outstanding utang pemerintah RI dalam mata uang valas berada di 37,9 persen.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Jumat 5 Januari dalam rentang harga Rp15.470- Rp15.550 per dolar AS.