Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara terkait capaian lifting minyak Indonesia yang tidak mencapai target.

Diketahui, Kementerian Keuangan melaporkan realisasi lifting minyak baru mencapai 607.500 barel minyak per hari (BOPD) dan masih rendah jika dibandingkan target sebesar 660.000 BOPD.

Sedangkan untuk salur gas sepanjang tahun 2023 baru terealisasi 964.000 barel minyak ekuivalen per hari (BOEPD) dari asumsi yang ditetapkan sebesar 1,1 juta BOEPD.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Tutuka Ariadji mengakui, jika hal ini disebabkan oleh kondisi sumur minyak Indonesia yang memang sudah tua sehingga menurunkan tekanan dan cadangan minyak yang ada.

"Lapangan kita sudah tua jadi menurun tekanan dan cadangan," ujar Tutuka kepada media yang dikutip Kamis 4 Januari.

Tutuka melanjutkan, faktor kedua yang menyebabkan lifting tidak mencapai target adalah gangguan pada fasilitas produksi.

Ia mencontohkan banyaknya pipa yang perlu diganti karena sudah tidak layak untuk digunakan seperti di Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES) dan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).

"Peralatan itu yang perlu diganti dulu. Nanti kalau sudah terjadi peningkatan produksi baru bisa dilakukan dengan teknologi yang lebih maju," lanjut Tutuka.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, produksi minyak dalam negeri masih berada di bawah target.

Untuk itu, pihaknya akan menggenjot lifting gas bumi pada tahun 2024.

"Minyaknya enggak (mencapai target). Gasnya InsyaAllah. Tahun depan ya gasnya yang akan kita dorong lebih banyak," ujar Arifin yang dikutip Senin 11 Desember.

Arifin menegaskan, jika meskipun mengandalkan gas, produksi gas tidak bisa didorong tiap tahun melainkan juga harus didukung oleh kegiatan eksplor secara masif untuk menemukan cadangan gas raksasa.

"Tapi memang minyak dan gas gak bisa setiap tahun, misalnya ENI kita dorong 2028 ya sekarang kita cari yang gede-gede dulu," lanjut Arifin.