Lifting Migas Terus Turun, Intip 3 Hal Pokok Dalam Eksplorasi Minyak
Ilustrasi migas (foto: unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Realisasi lifting minyak Indonesia terus mengalami penurunan menjelang akhir tahun 2023. Tercatat produksi minyak Indonesia per 1 November 2023 baru mencapai 586.725 barel minyak per hari (bopd).

Pemerintah padahal menargetkan produksi di tahun 2023 sebesar 622.662 BOPD. Terkait terus menurunnya produksi minyak RI, praktisi migas, Hadi Ismoyo menyampaikan keprihatinannya terhadap tren lifting yang terus menurun.

Sebagai praktisi, ia juga mennyampaikan sejumlah hal mendasar dan pokok dalam produksi minyak di hulu migas.

"Sebetulnya kalau kita lihat ada tiga pokok hal yang dalam eksplorasi produksi kita lakukan, 1 adalah eksplorasi, kedua adalah EOR atau Enhanced Oil Recovery, ketiga adalah existing Production with Low Decline Management," ujarnya dalam Energy Corner yang dikutip Rabu, 8 November.

Ia menambahkan, sebanyak 60 hingga 70 persen lapangan migas Indonesia telah memasuki katrgori mature atau sudah berusia tua sehingga produktivitasnya semakin menurun.

Ia juga mengamini ungkapan Menteri ESDM Arifin Tasrif yang menyebutkan banyak kandungan air dalam minyak yang diambil dari sumur.

"Benar yang dikatakan Pak Menteri bahwa 90 persen water cut dan banyak produksinya menurun," lanjut Hadi.

Namun, kata dia, eksplorasi dan EOR masih perlu ditingkatkan untuk terus meningkatkan tren lifting yang belakangan terus merosot. Pemerintah juga dinilai perlu memperispkan peta jalan terkait eksplorasi dan EOR karna hingga saat ini keduanya belum dilakukan secara maksimal.

"EOR sangat slow perkembangannya padahal bisa memberi kontribusi 200-300 ribu BOPD untuk 5 tahun ke depan. Sedangkan eksplorasi kalau kita bisa menemukan lapangan yang baru, menghasilkan POD, bisa menambah signifikan. Keliatannya eksplorasi belum mendapat perhatian serius dari pemerintah," pungkas Hadi.

Sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin tasrif buka suara perihal lifting minyak yang terus menurun.

Arifin mengatakan, penurunan ini disebabkan banyak sumur minyak RI yang sudah memasuki usia tua sehingga cenderung mengalami penurunan produksi.

"Memang sumur kita susah tua, cenderungnya memang menurun. Minyak makin lama dipompa makin dalam dan juga campurannya dengan air makin banyak," ujar Arifin kepada media di Gedung Kementerian ESDM, Jumat, 3 November.

Arifin bilang, jika dulu saat dipompa 10 liter terdiri dari 1 liter air dan 9 liter minyak, sedangkan saat 5 liter dari 10 liter yang dipompa merupakan air.

"Makanya dipompa banyak-banyak supaya volume minyak semaksimal mungkin," imbuh Arifin.

Ia mengutarakan, RI saat ini masih memiliki 15.000 sumur minyak yang belum dikelola dan memiliki potensi minyak yang melimpah.