Bagikan:

JAKARTA - Dalam rangka meningkatan index penilaian ketahanan energi nasional, Dewan Energi Nasional (DEN) merekomendasikan peningkatan produksi minyak bumi nasional.

Diketahui jika saat ini pemerintah telah membidik target lifting minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) pada tahun 2030.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Djoko Siswato menyebutkan,  target tersebut sangat sulit tercapai mengingat realisasi lifting minyak hingga saat ini baru mencapai 605.5 ribu BOPD dan belum mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2023 yakni sebesar 660 ribu BOPD.

"Minyak mentah ada program 1 juta barel tapi ya ini masih sangat berat sekali," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu 17 Januari.

Pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Djoko mengatakan jika penurunan produksi pada lapangan migas merupakan hal yang wajar, apalagi jika skema yang digunakan adalah business as usual (BaU).

Ia mencontoh decline yang terjadi di Lapangan Banyu Urip yang dioperasikan ExxonMobil Cepu telah mencapai puncak produksi dan kemudian mengalami penurunan produksi.

"Tiap lapangan minyak itu dari tajam, tajam, lama-lama mendatar (produksi). Tiap lapangan ditetapkan POD jumlah sumur maksimum untuk pengeboran maksimal, saat mencapai peak akan turun, berapapun dibor di tempat yang sama faktanya tetap decline kan," sambung Djoko.

Dalam strategi nasional, kata dia, terdapat empat cara untuk meningkatkan produksi minyak dalam negeri antara lain eksplorasi, Enhanced Oil Recovery (EOR), Reserve to Production (RtoP), serta Bussiness as Usual.

Dengan penurunan produksi minyak yang terus terjadi, Joko menyebut suydah seharusnya KKKS dan SKK Migas menggunakan 3 skema lainnya terlebih EOR dan RtoP.

Terkait target 1 Juta barel di tahun 2030 menurutnya masih bisa dikejar selama KKKS dan SKK Migas menggunakan 4 cara tersebut secara paralel.

"Target 2030 bisa nggak? Bisa. Dengan catatan jangan hanya satu cara. Empat-empatnya harus paralel dan semua harus mendukung. Kalau hanya BAU, ngebor, workover, well service, faktanya kan turun tuh. Sudah ribuan sumur dibor tetap decline dan declinenya itu turun," pungkas Djoko.