Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto mengingatkan dampak jika target lifting minyak sebesar 1 juta barel yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2030 dimundurkan.

Dikatakan Joko, hal tersebut akan berdampak pada mundurnya pencapaian Net Zero Emission pada tahun 2060. Apalagi, kata dia, Presiden Joko Widodo juga mengarahkan untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar dari energi baru terbarukan seperti bioetanol untuk menuju NZE.

"Presiden ingin bensin diganti dengan bioetanol karena menuju NZE. Kemudian kita juga sudah sukses menghilangkan impor BBM jenis solar dengan biosolar," ujar Djoko dalam Energy Corner, Selasa 11 Juni.

Djoko mengatakan, dengan pencapaian tersebut, Indonesia seharusnya terus menggeber lifting minyak agar dpat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fossil yang belakgan masik marak diimpor dari luar negeri.

Djoko juga menyoroti penggunaan minyak mentah sebagai bahan baku produksi kilang. Jika terpenuhi, Djoko mengkhawatirkan, jumlah minyak yang diimpor akan semakin meningkat.

"Apalagi kalau Kilang Balikpapan selesai RDMP-nya, apalagi akan bangun kilang baru di Tuban jadi butuh banyak minyak mentah sebagai bahan baku kilang," jelas Djoko.

Untuk itu dirinya mendorong agar target lifting terus ditingkatkan dengan long term plan (LTP) sebesar 1 juta barel di tahun 2030. Djoko juga menegaskan seharusnya target lifting ini dipercepat dan bukan malah dimundurkan.

Tidak seperti bahan bakar bensin yang bisa diganti dengan bioetanol, kendaraan listrik dan bahan bakar gas, kemudian elpiji yang diganti dengan kompor listrik, DME atau jargas ke rumah tangga, minyak mentah untuk kilang tidak memiliki alternatif lain selain digenjot liftingnya secara terus menerus

"Impornya ngurangi hanya bisa dengan meningkatkan produksi dalam negeri. Tidak ada cara lain. Kalau impor solar Alhamdulillah sudah sukses atasi dengan B30 dan B35," pungkas Djoko.