JAKARTA - Pameran Mesin, Peralatan, Bahan dan Jasa Manufaktur Internasional ke-32, Manufacturing Indonesia 2023 hadir hari ini hingga 9 Desember 2023 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran. Melalui “Towards Society 5.0”, pameran ini mengintegrasikan teknologi terkini dan kemampuan SDM untuk mencapai industri berkelanjutan.
Meysia Stephannie, Event Director PT Pamerindo Indonesia menyampaikan industri manufaktur selalu menjadi yang terdepan dalam inovasi teknologi. Namun, kemajuan teknologi hasil inovasi akan mencapai tingkat optimalnya ketika semua elemen SDM yang terlibat dengan ekosistem bisnis atau industri memiliki kesiapan dan kapabilitas yang jauh melampaui tingkat kemajuan teknologi itu sendiri.
"Di agenda pameran kali ini, kami menyoroti urgensi peningkatan kualitas SDM yang memegang peran kunci dalam implementasi Smart Manufacturing juga pencapaian visi Society 5.0. Dalam konteks industri, Society 5.0 menciptakan landasan untuk transformasi positif yang mengarah pada peningkatan efisiensi, inklusivitas, serta keberlanjutan," jelas Meysia, di Jakarta, Rabu 6 Desember.
Saat membuka pameran, Yan Sibarang Tandiele, Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia menyampaikan dukungan dan apresiasinya terhadap penyelenggaraan Manufacturing Indonesia 2023.
"Tenaga kerja merupakan 1 dari 10 tantangan dalam program Making Indonesia 4.0. Saat ini, SDM manufaktur perlu terus meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya guna dapat memenuhi tuntutan pasar yang semakin kompleks," ungkapnya.
SDM digital, teknologi, dan infrastruktur terbukti dapat memacu daya saing yang lebih kompetitif di pasar global serta mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan SDM digital saat ini telah masuk ke tahap krusial. Hal ini diperkuat lansiran hasil riset yang dilakukan oleh perusahaan yang memiliki sekumpulan layanan berbasis cloud dan perusahaan konsultasi manajemen kinerja global pada Agustus 2022.
Hasil riset menyebut bahwa persentase pekerja dengan keterampilan digital di Indonesia sebesar 27%, cenderung rendah dibanding negara-negara Asia Pasifik lainnya.
Fanky Christian, Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS) menambahkan, sebagai langkah kunci dalam mewujudkan visi Society 5.0, penting bagi setiap pelaku industri untuk terus mengembangkan pola pikir, meningkatkan potensi, dan mengasah keterampilan digital agar menjadi pengguna teknologi digital yang aktif dan cerdas. Dengan mengoptimalkan sinergi teknologi dan SDM, maka akan tercipta produktifitas yang tinggi serta rancangan strategi untuk menjawab tantangan industri manufaktur di masa depan.
Industri manufaktur sebagai kontributor perekonomian nasional terbesar (game changer), telah menetapkan langkah strategisnya untuk memperluas cakupan investasi guna pengembangan SDM digital. Melalui sesi pameran, mini seminar, dan panel discussion bersama para pemangku kepentingan di industri, Manufacturing Indonesia 2023 akan menjembatani kebutuhan termasuk menilik potensi pengembangan SDM digital di sektor ini.
Tidak hanya itu saja, tahun ini Manufacturing Indonesia juga telah merilis program terbaru yakni Kaizen Clinic dan Manufacturing Digital Hub.
BACA JUGA:
Kaizen Clinic merupakan program yang menghadirkan dukungan solusi, insight perbaikan dan pengembangan organisasi meliputi: People (organization development and employer branding); Process (lean manufacturing); Product & Tools (digital transformation), melalui sesi konsultasi terjadwal. Sedangkan Manufacturing Digital Hub, memfasilitasi ragam update pengembangan teknologi, solusi, dan inovasi digital. Para profesional industri dapat mengeksplorasi dan mempelajari kemajuan terkini dalam teknologi manufaktur.
Tersedia pula Indoestri Area untuk memfasilitasi peluang kolaborasi antara industri lokal dengan pemain industri besar nasional dan global.
Manufacturing Indonesia 2023 hadir bersama dengan Tools & Hardware Indonesia, Machine Tool Indonesia, dan Industrial Automation & Logistics Indonesia di area pameran seluas 29.801 m2. Sebanyak 1.371 perusahaan dari 31 negara turut berpartisipasi selama 4 hari dengan lebih dari 30.000 peserta, dan menjadikan sebagai ajang pertemuan para pakar industri terbesar di Indonesia.
"Pameran ini menjadi platform yang tepat untuk berinteraksi dengan teknologi dan wadah komprehensif bagi berbagai upaya yang mendorong pengembangan, serta kemajuan industri manufaktur di Indonesia. Bukan hanya fokus pada adaptasi dengan teknologi, tetapi juga tentang bagaimana pelaku industri dapat proaktif membentuk dan mengarahkan perkembangan teknologi yang berdampak positif, terutama bagi industri serta masyarakat secara keseluruhan," pungkas Meysia.