Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong tranformasi digital di sektor industri makanan dan minuman (mamin) untuk memacu produktivitas secara lebih efisien dan berkualitas sehingga, meningkatkan daya saing industri.

"Dalam hal percepatan transformasi digital, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyediakan fasilitas yang mencakup pelaksanaan self-assessment INDI 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dengan target 800 perusahaan pada 2022 & 2023, dan dilanjutkan dengan bimbingan teknis transformasi industri 4.0 bagi manager dan engineer, serta penerapan industri 4.0 secara bertahap," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika di Jakarta, dikutip pada Sabtu, 18 Februari.

Putu menyebut, transformasi digital pada sektor mamin penting untuk mendorong peningkatan daya saing dan produktivitas agar dapat berkompetisi di tingkat global dengan mendorong penerapan teknologi industri 4.0, baik pada tahapan produksi, distribusi, hingga pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) industri.

Sebagai upaya untuk terus mendorong implementasi tranformasi digital tersebut, Kemenperin juga telah melakukan penunjukan lighthouse implementasi industri 4.0, bimbingan teknis transformasi industri 4.0 untuk 455 SDM industri mamin, serta memfasilitasi kemitraan antara 800 SDM koperasi susu dengan industri pengolahan susu.

Selanjutnya, melakukan penerapan neraca komoditas terkait mamin melalui Sistem Nasional Neraca Komoditas (SNANK), piloting kemitraan dan digitalisasi di industri pengolahan susu, pembangunan pusat inovasi dan pengembangan SDM industri 4.0, serta penyediaan insentif, seperti super deduction tax untuk investasi yang ditujukan bagi inovasi teknologi, peningkatan kegiatan riset, dan penguatan kapasitas SDM industri.

Putu menambahkan, transformasi digital pada industri mamin diharapkan mampu mendukung keberlanjutan industri atau sustainability dan industri hijau yang saat ini sedang menjadi tren dunia.

Upaya tersebut juga untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan dan mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

"Perusahaan industri sudah menyadari pentingnya industri 4.0 dan mulai melakukan transformasi agar menjadi lebih efisien. Perusahaan industri mamin juga telah berupaya melakukan efisiensi energi dengan memperbarui teknologi yang lebih hemat energi, manajemen energi yang lebih baik, serta penggunaan energi terbarukan, seperti solar panel dan biomassa untuk bahan bakar boiler," jelas Putu.

Saat ini, sudah ada 10 perusahaan industri mamin yang telah mendapatkan sertifikasi industri hijau. Pemerintah terus mendorong pemanfaatan sumber daya lokal sebagai sumber energi bersih, seperti implementasi biodiesel berbasis sawit dan reseach & development pemanfaatan biomassa untuk energi berkelanjutan.

Di sisi lain, Kemenperin juga terus memperkuat kemampuan SDM di industri mamin untuk menghadapi era transformasi digital dengan mendorong pelatihan manajer transformasi digital.

Menurut Putu, hingga saat ini hampir semua industri mamin sudah melakukan automasi, terutama pada proses produksinya sehingga kemampuan SDM industri perlu terus ditingkatkan agar bisa berkembang mengikuti tuntutan zaman.

"Kami menargetkan 1.200 orang akan dilatih dalam program Training of Trainer (ToT) dan diharapkan menjadi manajer transformasi digital. Selanjutnya, mereka akan bisa membimbing industri mamin yang ada dalam ekosistem tersebut," tambah Putu.

Sepanjang 2020 hingga 2022, industri mamin tercatat terus tumbuh positif. Pada 2022, industri mamin tumbuh 4,90 persen (yoy) dan menjadi kontributor terbesar terhadap PDB industri pengolahan non migas pada 2022, sebesar 38,35 persen.

Ekspor makanan dan minuman termasuk minyak sawit mencapai 48,61 miliar dolar AS pada Januari-Desember 2022. Sedangkan, impornya sebesar 16,52 miliar dolar AS pada periode yang sama.

"Kami mencoba optimis dengan harapan industri mamin 2023 bisa tumbuh sekitar 6,25 persen," tutur Putu.

Sementara, Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan, produsen mamin membutuhkan teknologi yang dapat mengintegrasikan dan menyediakan visibilitas menyeluruh terhadap tiap siklus hidup sistem rantai pasok, mulai dari suplai bahan baku, produksi, pengemasan, distribusi hingga konsumen.

"Teknologi ini membutuhkan tenaga ahli yang terampil dalam pengoperasiannya, sehingga pengembangan SDM menjadi fokus GAPMMI dalam mendukung para anggota kami saat ini," tandasnya.